Energi. Pada suatu hari, kita pernah kehilangannya. Kita lemas tak bertenaga. Tanpanya kita lunglai, terlihat letih dan tidak berdaya. Pada waktu yang sama, tiba-tiba kita teringat akan pentingnya ia. Energi yang selama ini membersamai kita dalam menjalani waktu. Energi yang akhirnya kita rindui. Kita rindu padanya, karena ia bermakna. Ia berharga. Karena energi mempunyai nilai.
Energi adalah kekuatan. Energi ada untuk membangkitkan semangat. Agar kita mau melangkah lagi setelah raga terlihat lemah. Pada saat yang sama, energi memberikan andil dengan kehadirannya. Energi yang memang tidak berwujud nyata, namun aslinya ia ada. Energi yang hanya kita kenal melalui kata, ternyata mempunyai peran utama dalam keseharian.
Tanpa energi, tiadalah daya yang dapat kita upaya, meski untuk menitikkan tetesan tinta pada selembar kertas yang awalnya polos. Kita tidak mampu ngapa-ngapain, tanpa bersama dengan energi.
Ya, cobalah sesekali kita perhatikan seorang yang terlihat sangat lelah. Ia yang berjalan condong ke kiri dan kemudian ke kanan, tanpa keseimbangan. Ia melangkah dengan sempoyongan, tanpa mengenal keadaan. Ia terlihat tak menikmati apa yang sedang ia laksana. Ia yang tergerus jiwanya oleh suasana. Keadaan tersebut sangat menyedihkan. Ai! Pemandangan tersebut, adalah gambaran sekeping hati yang sedang tergoda. Ia yang tanpa raga, seakan membuktikan bahwa ia ada. Ia yang selama ini hanya mengerti tentang rasa, terlihat sedang awut-awutan. Kusut dan tanpa keindahan, itulah keadaan terakhirnya. Wahai, tidak untuk hal yang demikian ia ada. Sungguh! Maka, menatanya sedemikian rupa, dengan sepenuhnya adalah pekerjaan kita. Kita yang sedang bersama dengannya, kita yang membawanya serta dalam melanjutkan langkah-langkah di dunia.
Hati kita adalah cerminan sikap dan pribadi yang tertangkap oleh tatapan mata nyata. Meskipun wujudnya tidak dapat kita lihat jelas meski sekilas, dapatlah kita membaca bagaimana kondisinya, dari sorot mata yang sedang menatap. Dapat pula kita memandang bagaimana kondisinya dari nada suara yang sedang kita ucapkan. Dan yang sangat mudah untuk mengetahuinya adalah dari gerak, gerik dan perbuatan kita pada raga.
Hati memang tidak bisa kita lihat, namun ia ada, teman… Perhatikanlah keberadaannya, bermudah-mudahlah dalam membaikinya. Niscaya kita dapat mengetahui, bagaimana cara termudah untuk menjadi seorang yang berbahagia. Dan energi untuk menjadi pribadi yang bahagia, berasal dari hati yang terpelihara.
Energi. Bermulanya sikap dari niat. Berawalnya perbuatan dari perencanaan. Berujung usaha untuk mewujudkan. Tanpa niat, perencanaan dan usaha, tiada energi yang muncul ke permukaan. Walaupun memang, kita sedang bergerak, melangkah dan berjalan. Namun, tanpa tiga unsur tersebut, ia hanya menjadi pelepas kita menempuh waktu. Tiada aura yang ia sisakan pada kita yang membersamainya. Baik sikap dan perbuatan yang kita usahakan dengan sepenuhnya, apalagi hanya kita lakukan seperlunya saja.
Energi. Dapat kita lihat peran sertanya dalam hari-hari yang sedang kita jalani. Ketika ia melekat pada pribadi yang penuh dengan antusias, maka dapat kita temukan bahwa ia bertambah. Saat energi menemui seorang yang tadi terlihat tanpa kekuatan, maka wajah tersebut akan mencerah.Apalagi kalau energi menjadi bagian dari kehidupan kita. Maka terlihat jelas peran sertanya pada saat itu juga. Kita akan menjadi pribadi tangguh yang penuh dengan dedikasi. Berjiwa tegar dan berpandangan jauh ke depan. Menikmati waktu yang sedang kita jalani bersama aktivitas yang menyegarkan. Akan jelas terlihat bagaimana energi tersebut memberikan kontribusi pada sosok-sosok belia yang berjiwa muda. Ai! Senangnya menjemput hari esok bersamanya.
Energi. Kehadirannya untuk memberikan sambutan pada wajah-wajah baru yang mungkin saja masih berharap untuk bersamanya. Energi akan membersamai pribadi yang penuh dengan harapan. Karena tanpa harapan, ia tidak akan pernah mengenal, apa itu energi?
Energi yang menjadi bagian dari ekspresi, tentu berperan utama. Ketika kita akan menyampaikan ekspresi, kita memerlukan energi. Baik ekspresi positif maupun ekspresi yang sebaliknya. Yah! Siapa bilang untuk tersenyum, tidak memakai energi? Siapa yang menangis menitik airmata, tanpa mempergunakan energi? Siapa pula yang mengalirkan emosi dan menyalurkannya segera, tanpa membutuhkan energi? Lalu, pada bagian ekspresi manakah, energi paling banyak kita butuhkan, teman? Apakah ketika kita tersenyum, saat menangis, atau kala emosi? Hiiy, betapa eloknya, kalau kita bersedia untuk memikirkan tentang hal ini. Agar, energi yang kita keluarkan, tidak menjadi sia-sia dan hilang begitu saja. Bukankah energi sangat penting perannya dalam kehidupan kita?
Bagaimana halnya dengan seorang yang sedang mengalirkan energi terbaiknya, ketika ia sedang berada pada emosi tertentu, misalnya saat marah.
Energi. Sungguh, kita dapat mengetahui kekuatan energi yang sedang dipakai oleh seorang yang sedang marah. Apalagi kalau marahnya pakai bersuara. Dan seorang yang marah dengan bersuara, maka nadanya akan meninggi. Begitu pula dengan saat menangis, seorang yang mengeluarkan energi supernya kala menangis, akan terisak dan tersedu lebih histeris. Ia menguasai keadaan, hingga menyentuh sekitaran. Seorang yang semulanya tenang, akan terusik jiwanya, ketika mendengar suara bernada tinggi dan dekat dengannya. Seorang yang pada awalnya sedang menikmati waktu dengan asyik, akan terkejutkan dengan isak tangis yang menyuarakan kepiluan. Sehingga dapat kita ketahui bahwa peran energi akan menarik-narik pihak lain yang berada di sekitarnya. Baik energi tersebut positif atau bukan.
Energi. Berhati-hatilah dalam memanfaatkan kebersamaan dengannya. Karena, energi yang kita pakai saat ini, tidak akan kembali lagi. Ia akan menempel pada benda, waktu, dan keadaan yang sedang ia temui. Energi tersebut akan melekat, lengket dan menyisakan bekas pada tujuannya. Energi tersebut akan menitipkan prasasti yang mengabadi. Energi tersebut memberikan bukti pada sesiapa saja yang ia temui, bahwa ia ada. Ia ada walaupun tanpa raga.
Energi yang semulanya tiada dalam tatapan mata yang nyata, dapat terlihat dan berwujud kalau kita bersedia untuk menjadikannya ada. Sedangkan catatan demi catatan yang kita rangkai dan ia tercipta, adalah salah satu wujud dari energi yang saat ini membersamai kita. Ya, agar kita tahu, bahwa kita pernah menjalani waktu bersamanya. Ia sempat menyapa kita, dan kitapun menanggapi sapanya. Kita dan dia menjadi saudara dalam keluarga. Kita pun berakraban dengan menumbuhkan persahabatan terbaik. Dengan anggota keluarga berupa jalinan huruf yang berangkaian. Ia adalah bunga-bunga senyuman, pada akhirnya. Semoga, pada waktu yang lain dalam kesempatan terbaik, ia menjadi jalan senyumkan kita, lagi. Senyuman yang memberikan energi berikutnya. Senyuman yang bagaimanakah jenisnya, teman?
Energi. Semua hal yang berhubungan dengan gerak, berada dalam lingkungan energi. Baik gerak kelopak mata yang berkedip, kedua pipi yang melebar ke samping kiri dan kanan secara seimbang, dan usapan jemari pada pucuk hidung yang berkeringat, membutuhkan energi. Saat beberapa jemari menempel pada kening untuk merasakan suhu tubuh terakhir, juga memakai energi.
Energi ada untuk menggerakkan. Sehingga, dengan melakukannya, kita tahu bahwa suhu tubuh melebihi dari biasanya. Hangat yang tidak biasa, bernama demam. Lalu, apa yang kita lakukan, saat kondisi serupa kita alami? Berpikirlah kita untuk menemukan solusi. Melangkahlah kaki untuk mengikuti suara hati. Segera berkemas dan berbenahlah, lalu berehat raga dengan optimal. Ia sedang mengalami kondisi yang berbeda dari biasa. Karena kelelahan dan letih, mungkin. Atau karena kehabisan energi yang semulanya berlebihan, bisa jadi. Ataukah? Karena ia memerlukan charger untuk mengembalikan energi yang sempat menyusut? Perhatikanlah, tolong jaga kesehatan, yah.
Energi. Ia mempunyai fungsi dalam beraktivitas. Karena pada umumnya, aktivitas yang kita lakukan membutuhkan gerakan. Ya, begitu. Baik bergerak untuk sekadar melangkah dari satu ruangan ke ruangan yang lain. Baik menggerakkan jemari pada sisi keyboard yang membentangkan raga untuk kita pijiti. Atau aktivitas sehari-hari kita sebagai praktisi yang tidak membutuhkan teori? Ai! Bergelut dengan alat-alat sebagai sarana untuk memanfaatkan waktu, juga merupakan bagian dari aktivitas sehari-hari. Lalu engkau, sebagai apakah engkau menjalani waktu dalam beraktivitas, teman?
Ataukah engkau masih menyandang gelar sebagai pelajar di sekolah? Sebagai ilmuwan yang gemar meneliti, sebagai pembicara yang mengalirkan energi pada para pendengarmu? Ataukah menjadi guru yang menyalurkan inspirasi pada anak didikmu? Engkau ada saat ini, karena engkau mempunyai energi. Dan energimu terus bertambah, meluas, mensamudera, kalau engkau bersedia untuk menyebarkannya kepada sesiapa saja. Tidak hanya pada orang-orang yang berada dekat denganmu saat ini. Namun pada orang-orang yang engkau belum kenali sekalipun, energi itu perlu mengalir. Engkau perlu menyampaikannya karena ia ada.
Energi ada karena ia bermakna. Ia bermakna untuk mengembalikan harapan yang semula mencair, meleleh tergerus kisah kehidupan. Energi itu adalah engkau yang sedang bergerak. Karena engkau adalah kehidupan yang sedang berlangsung. Bersamamu ada harapan baru yang akan muncul. Engkaulah obor penerang jalan yang sedang membentang. Kita tidak pernah tahu, siapakah yang akan melewati jalan tersebut. Jalan yang menjadi terang oleh kilatan cahaya obor yang menerangi. Betapa bahagianya terasa, saat ada peranmu di sana. Engkau yang tidak menyadari pada awalnya, akan tersenyum lebih meriah. Karena engkau berharga dengan energi yang engkau hargai. Engkau tidak lagi merasakan hari-hari yang telah berlalu dengan kisah sedihnya. Engkau akan merasa termodali oleh energi yang engkau maksimalkan penggunaannya. Energi yang engkau terima gratis, tanpa memerlukan biaya berupa materi. Namun, ada biaya termahal yang perlu engkau bayar untuk dapat memanfaatkan energi agar ia berperan. Keikhlasan.
Keikhlasan merupakan energi yang kembali menguatkanmu di tengah tiupan angin hari-hari. Ialah energi yang kembali bangkitkan tekadmu untuk melanjutkan pelayaran, setelah deburan ombak membadai waktu. Saat pasir-pasir yang basah oleh deburan ombak yang menepi, akhirnya turut serta ke lautan. Namun engkau masih dirimu yang teguh, tabah dan tegar, walau dalam cobaan. Engkau pribadi yang penuh dengan energi. Energimu berlebihan.
Energi. Ia menjadi semakin berarti, ketika tiada. Ditambah lagi dengan getirnya kehidupan yang terkadang mampu menyurutkan laju semangat. Pada saat yang sama, energi seakan hilang tanpa bekas. Turut terbawa arus yang sempat menepi. Energi pun belum kembali lagi. Engkau kehilangan motivasi, semangat hidupmu meluruh. Tiada lagi harapan untuk tersenyum esok hari. Engkau seakan kapas yang beterbangan kian ke mari. Engkau mengalami kondisi yang sangat ringan sekali, tanpa energi dan akhirnya melayang, terbang mengapung di udara.
Pada kesempatan yang sama, engkau ingin kembali ke asalmu, bersemayam saja di rahim Bunda yang menaungi. Karena berada di sana, engkau sangat nyaman. Engkau ingin menjadi bidadari kecil di hati Bunda. Engkau ingin mensenyumkan beliau lebih sering lagi. Lalu, engkaupun berpikir lebih dalam. Kembali menelusuri jalur perjalanan diri.
Waktu yang terus melaju, tidak akan kembali lagi. Sedetik saja berlalu, akan sirnalah ia. Lalu, tiada lagi yang akan memberikan pesan tentang kehadiran waktu bersamamu, kalau engkau belum mau memetik pesan dari detik ke detiknya. Hanya engkau yang mau saja, yang dapat menitikkan setetes tinta pada lembaran hari ini. Ya, hanya engkau yang mau peduli saja, yang akan mengerti pada akhirnya. Bahwa ternyata, tiada yang sia-sia. Sungguh semua bermakna. Sebagaimana bermaknanya energimu yang telah kembali. Ia datang menemuimu lagi, setelah engkau membujuknya serta dalam menemanimu meniti hari. Karena energi adalah kekuatanmu.
Energi. Ia hanya susunan dari beberapa huruf yang mewujud kata. Kata yang kebanyakan kita telah mengerti akan maknanya. Apakah maknanya, teman?
Energi. Tentang energi yang sangat berarti. Menyelami makna yang ia bawa, sungguh sangat menyenangkan. Namun, kesempatan kita untuk bersua dan bersama dalam salah satu lembaran ini, tidaklah selama menyelami lautan kata tersebut. Meskipun demikian, semoga ada hikmahnya.
Ada pesan dan energi baru yang kita bawa, setelah mampir dari sini. Ada secuplik harapan yang kita hadirkan lagi, setelah menyempatkan waktu melirik kalimat demi kalimat yang tercipta. Semoga kita menjadi seorang yang penuh energi bahkan melimpah, saat membersamai teman-teman lainnya yang kita pergauli. Sehingga, ada manfaat yang dapat kita berikan, kepada sesama teman yang sedang berjuang. Karena, kalau tidak dengan apa yang ada dari dalam diri, kita belum lagi dapat mencipta apa yang kita impi. Apalagi tanpa niat, usaha dan perbuatan yang optimal. Energi tersebut hanya akan singgah bak angin lalu, kemudian bergeser ke tepi waktu. Sedangkan kita, hanya berkesempatan menatapnya dengan penuh tanda tanya di dalam hati. Kita merindukannya saat ia telah menjauh. Begitu pula dengan energi. Ketika pada kesempatan saat ini ia ada, maka memanfaatkannya untuk mengukir jejak eksistensi, adalah kegiatan yang menyenangkan.
Energi. Saat raga tanpa kehadirannya, ia boleh lelah dan lemah. Namun, ketika niat ingin menyuratkan makna lewat goresan pena mutiara, why not? Bukankah untuk mengetahui apa yang pernah kita lakukan, maka kita perlu mempraktikkannya secara langsung? Bukankah untuk menjadi terbiasa, kita perlu berlatih dengan konsisten dan penuh keseriusan? Bukankah kita tidak pernah mengetahui, pada detik yang mana, energi kita bermakna dalam. Apakah detik ini? Kalau ternyata benar, maka apakah yang sedang kita perbuat bersama energi, dalam detik yang sedang kita jalani saat ini, teman? Agar kita mengetahui, bahwa energi yang sedang kita bersamai, berarti dan penuh makna. Ia berharga sungguh tak terbeli dengan biaya semahal apapun juga. Namun demikian, kita menghargainya sedemikian rupa, sebagai salah satu wujud syukur kita pada-Nya. Karena kita menyadari bahwa energi terbesar yang sebenarnya, adalah energi yang Allah alirkan pada kita, kapan saja. Termasuk saat raga sedang berada dalam kondisi terlemahnya. Hanya kekuatan akan peran serta-Nya saja, kita mau bergerak dengan sedaya upaya. Untuk membuktikan bahwa hari ini, kita ada. Haha… 😀
Demikian reportase; ketika raga berupaya menjemput energi terbaiknya.
🙂 🙂 🙂