RSS

Tag Archives: INI file

Engkau Mentari di Hati Ku (3)

Bahasa Indonesia: Planet dan planet kerdil dal...

Bahasa Indonesia: Planet dan planet kerdil dalam tata surya (Photo credit: Wikipedia)

Pada angka hari yang ke seribu tiga ratus empat puluh tiga semenjak pertemuan kita, aku ingin menitip selembar catatan tentang kita, wahai teman. Catatan yang ingin terus ku lanjutkan selama mentari masih bersinar menerangi bumi. Dan selama itu pula engkau menjadi topik yang akan aku kisahkan di sini. Walaupun tidak selalu engkau hadir di hadapan ku. Namun selamanya engkau ada di dalalm ingatan ini. Ya, sebagaimana mentari yang datang setiap pagi hingga sore hari, dan malam ia akan meneruskan langkah-langkahnya di bagian bumi yang lain. Dengan demikian, aku belajar tentang bagaimana cara untuk menata ingatan terhadap engkau. Walaupun masih dalam tahap belajar, namun aku senang dan bahagia, masih mempunyai kesempatan untuk menitipkannya pada salah satu lembaran catatan sore ini.

Sore yang bermendung, setelah seharian ini hujan mengguyur alam. Sore yang menyisakan ingatan terhadap mentari yang mulai berlalu. Sore yang syahdu dan menitipkan haru di relung hati.

Aku bahagia mengenangkan engkau sebagai mentari di dalam hati ini. Engkau berarti, meneranginya. Engkau bermakna dan membuatku segera menyadari. Bahwa engkau memang bukan milik ku. Dan kita mungkin saja tidak akan pernah saling memiliki. Namun, kalau ternyata kita memperoleh kesempatan untuk saling menjaga, mengapa tidak? Karena kita adalah hamba-hamba yang berada di dalam Kuasa-Nya.

Engkau di sana, aku jauh di sini. Selama jarak membentang, selagi jalan memanjang, selama itu pula kita dapat saling mengingat dan mengingatkan.  Dan seperti saat ini, aku kembali hadir untuk merangkai beberapa baris kalimat, karena aku ingat akan engkau. Engkau yang berbudi, engkau yang berpekerti. Sungguh, sungguh aku mengagumimu dengan sepenuh hati. Kagum yang aku ingin menjagai, agar ia senantiasa suci.

Aku menyadari, bahwa aku bukanlah seperti beliau-beliau di sana, yang berada di dekat mu setiap hari. Namun, hati ini senantiasa peduli dengan keberadaan mu. Sehingga selalu saja ada kesempatan yang aku sisihkan untuk memberikan perhatian terhadap mu. Walaupun hanya dalam ingatan, berlanjut pada rangkaian doa.

Kita…

Mungkin saja belum pernah berjumpa,

Kita memang belum pernah bertukar suara,

Kita sudah seringkali bertatap mata,

mata hati…

Namun, engkau mentari di hati ku,

walaupun jauh di sana,

13 Jul 12, 07:46 AM

My Surya: Karena aku mencintaimu, hampir setiap waktu. Meskipun ketika sore menjelang, engkau bergulir, pergi.

13 Jul 12, 07:45 AM

My Surya:glad: Walaupun terkadang menyilaukan, namun seakan ada yang menarikku untuk kembali mengangkat wajah.

13 Jul 12, 07:44 AM

My Surya: Peace. Untuk persahabatan sepanjang masa. Kembali ku menatapmu sebagaimana semula. Karena sinarmu.

13 Jul 12, 07:43 AM

My Surya: Sebentar lagi, kami akan berjalan di bawah sinarmu. Tolong, tak perlu menyengat terlalu kuat. Yayaa.

13 Jul 12, 07:41 AM

My Surya: Oo, mentari, senyumanmu indah hari ini. Dari tepi langit timur, engkau menampakkan diri. :cool:

13 Jul 12, 07:39 AM

My Surya: Agar ia terbiasa lari pagi. Meskipun beberapa langkah setiap hari. Seraya mengalirkan hasil fikir. :D

13 Jul 12, 07:38 AM

My Surya:biggrin: Unjuk gigi, pada pagi hari di sini. Untuk melemaskan jemari yang sedari tadi berdiam diri.

13 Jul 12, 07:35 AM

My Surya: Lembarannya pun tak akan pernah usang ataupun dimakan rayap. Seberapa lamapun usianya.

13 Jul 12, 07:35 AM

My Surya: Walaupun sudah ku tulisi dengan rangkaian kata yang sekian banyak jumlahnya. Alhamdulillah

13 Jul 12, 07:34 AM

My Surya: Bukan lagi diari yang berlembar-lembar jumlahnya. Namun cukup satu lembar saja. Akan kembali kosong

13 Jul 12, 07:32 AM

My Surya: Sungguh, masa yang terus berganti, kembali memperbarui memori. Ini namanya, bukan melodi namun diari

13 Jul 12, 07:31 AM

My Surya: ingatan mengingatkanku untuk mengingatkanku padamu yang membuatku ingat dan teringat untuk menulis.

13 Jul 12, 07:30 AM

My Surya: Untuk mengalirkan ingatan yang seringkali muncul tanpa pernah ku ingat. Kapan ya, pertama kalinya

13 Jul 12, 07:29 AM

My Surya: Yes! Aku ingat. Engkau adalah temanku merangkai kata. So, setiapkali ingat kamu, aku menyusunnya.

13 Jul 12, 07:25 AM

My Surya: Ah! Ekspresimu membuatku ingin merangkai sebuah kalimat, “Karena hari ini berharga.”

13 Jul 12, 07:22 AM

My Surya: Tahukah engkau, mengapa aku menyukai hari ini?

13 Jul 12, 07:21 AM

My Surya: Adalah Jum’at pagi, saat ini. Aku suka hari ini. Ini hari sangat ku sukai. Karena aku sangat suka.

13 Jul 12, 07:19 AM

My Surya: Semakin ku bertanya, tanya yang lain pun bersahutan. Senyumiku dengan wajahnya yang rupawan. Segar.

13 Jul 12, 07:19 AM

My Surya: Kapankah? Siapakah yang sedang melambaikan satu sayap hatiku yang lain? Aku masih bertanya-tanya. :P

13 Jul 12, 07:17 AM

My Surya: Meskipun tidak lama lagi, namun aku yakin. Waktu itu akan datang, seiring dengan kesiapan hati. :D

13 Jul 12, 07:16 AM

My Surya: Pagi ini, beburung bercengkerama sesamanya, di hadapanku yang melanjutkan mimpi di sini. Xixiii..

13 Jul 12, 07:15 AM

My Surya: Kemudian, kami dapat menyaksikan indahnya alam dari atas sana. Di bawah terpaan sinar mentari…

13 Jul 12, 07:13 AM

My Surya: Sedangkan sayap hatiku, masih satu. Tuk membawaku terbang ke berbagai negeri. Ingin punya dua sayap.

13 Jul 12, 07:11 AM

My Surya: Belajar dari seekor burung yang melayang bebas dengan kemewahan sayapnya sebagai sarana.

13 Jul 12, 07:10 AM

My Surya: Seekor blue bird, terbang kian kemari. Melintas pulau, menyeberangi selat. Hmm, ai! Lalu aku?

12 Jul 12, 11:53 PM

My Surya:P :heart: :P

12 Jul 12, 11:48 PM

My Surya: My neighbor has a circular driveway… he can’t get out. :o Steven Wright :o

12 Jul 12, 11:47 PM

My Surya:tired: :roll: :tired:

12 Jul 12, 11:44 PM

My Surya:P :heart: :P

12 Jul 12, 11:43 PM

My Surya: Ia yang tidak mempunyai mata, melangkah tanpa peneropong arah, sungguh kasihan yaa.. :zonked:

12 Jul 12, 11:41 PM

My Surya: Tangan yang menjadi sarana sampaikan suara jiwa? Terjagakah ia…? atau lelap terpesona, terlena :cyclops:

12 Jul 12, 11:38 PM

My Surya: Sebelum merangkai suara, bagaimana jiwa berkata, setelahnya?

12 Jul 12, 11:37 PM

My Surya: Saat menjawab tanya, bagaimana pikir mengolah kata, sebelum jemari menyusunnya? :|

12 Jul 12, 11:35 PM

My Surya: Berulangkali saya menyapa, apakah sapa berasal dari dasar jiwa? :) atau sekadar basa basi saja? Aaaa

12 Jul 12, 11:32 PM

My Surya: Sudahkah? Sudahkah? Sudahkah benar-benar sejalan antara pikir, hati dan lisan ini saat bersikap? :nervous:

12 Jul 12, 11:31 PM

My Surya: Ketika lisan berucap, apakah seluruh organ yang terdapat pada tubuh ini, turut berpesan? :D

12 Jul 12, 11:29 PM

My Surya: Apakah sesuai dengan apa yang hati saya sampaikan, atau bagaimana? :heart:

12 Jul 12, 11:16 PM

My Surya: -Apa yang sesungguhnya sedang saya lakukan adalah benar-benar saya pahami? Atau… hanya ikut :lol:

12 Jul 12, 11:15 PM

My Surya: Bahwa terkadang, pikir ini jarang bertanya, “Saat saya melakukan sesuatu, apakah saya mengetahui apa

12 Jul 12, 11:13 PM

My Surya: Anda perlu tahu. Tiga buah kata yang sampai saat ini masih melekat dalam ingatan. Ia memesankan :aggrieved:

12 Jul 12, 11:11 PM

My Surya:glad: Kehidupan menjadi lebih hidup dengan banyak warna yang menghiasi lembaran diari hari ini ;)

12 Jul 12, 08:35 PM

My Surya: Cup-cup, nduk… :glad: :) :biggrin:

11 Jul 12, 12:57 AM

Kuda Putih di dalam mimpi: Tika masih tertuju cita pada dunia, apalah guna. Bersegeralah mengeja arah yang sepatutnya kita tuju

10 Jul 12, 07:09 AM

My Surya: Semoga kita dapat bertemu lagi, esok hari. Untuk melanjutkan perjuangan ini. Bersama-sama:glad: :lol: :D

10 Jul 12, 07:07 AM

My Surya: Bersinar hingga akhirnya waktu berkata, “Selamat jalan, teman” :P Selamat melanjutkan bakti.

10 Jul 12, 07:05 AM

My Surya: Ku sambut hadirmu, dengan seuntai harapan. Agar senyumanku hari ini, seindah senyumanmu… Amiin :)

10 Jul 12, 07:04 AM

My Surya: Sebentar lagi, ya, sebentar lagi, ia benar-benar terbit. Tepat pukul 6:06. “Sweet Sunrise” :D

10 Jul 12, 07:00 AM

My Surya: Senyuman unik penuh makna sedang ia simpulkan. Seiring dengan kicauan beburung bersahut-sahutan. :glad:

10 Jul 12, 06:58 AM

My Surya: Tanda-tanda kehadiran mentari sudah mulai terlihat. Bersama semburat khasnya yang dahsyat! Yaps. ;)

10 Jul 12, 06:53 AM

My Surya:heart: Hup! Hap! Hep! Mari kita melompat! Bergerak cepat. Berpindah tempat. Sebelum terlambat. :lol:

10 Jul 12, 06:45 AM

My Surya: Yuuks bergiat menata niat. Kemudian bangkit dari rehat. Semangaaat! :biggrin: wahai my heart:heart:

8 Jul 12, 04:42 PM

My Surya:D

6 Jul 12, 10:00 AM

syahid: Subhanallah :)

30 Jun 12, 07:06 AM

My Surya: Yaa Rahiim, yakini dua kata ini menjadi teman yang sangat dekat. ;)

30 Jun 12, 07:04 AM

My Surya: Dzikrullah free antivirus for our heart and soul. Yuuk, update it everytime. :heart:

30 Jun 12, 07:01 AM

My Surya: Apakah virus yang seringkali mendatangi hati, tak terdeteksi, bahaya bagi hati. :zonked:

30 Jun 12, 06:59 AM

My Surya: Mengupdate antivirus buat komputer. Lalu, bagaimana dengan mengupdate antivirus untuk hati kita..? :heart:

29 Jun 12, 08:45 AM

My Surya:cool: Beberapa menit di sini, tanya “Mengapa?”

29 Jun 12, 08:44 AM

My Surya:heart:

29 Jun 12, 08:43 AM

My Surya: Yes, Alhamdulillah… akhirnya bisa mampir sini lagi, menjelang keberangkatan :D

27 Jun 12, 07:12 AM

My Surya: Menyambut hadirnya “Mentari di hatiku”. Setiap saat ingatan mengingatkanku bahwa engkau nyata :lol:

27 Jun 12, 07:08 AM

My Surya: Meluruhnya embun hati, berganti cemerlang sinar mentari. Tersenyum lebih indah… :)

27 Jun 12, 07:03 AM

My Surya: Untuk membersamaimu setiapkali aku mau, masih cita. Baik-baik, yaa. Melangkahlah lebih tegap!

27 Jun 12, 07:00 AM

My Surya: Bangkitlah! Teman… Siang segera menjelang. Melangkahlah dengan penuh kedamaian, bersama-Nya. :cool:

27 Jun 12, 06:56 AM

My Surya: Mentari, kerlipan bintang nun di tepi langit timur, turut menjadi saksi atas janji-Nya yang pasti.

27 Jun 12, 06:52 AM

My Surya:D Pendar indah kebahagiaan terus menerpa rentang waktu. Ada hikmah yang terselip setiap detiknya

23 Jun 12, 08:54 AM

I am: Teruntuk laki-laki bernama Ayah… terima kasih terjalin melalui rangkaian kata. Beliau yang berjasa

20 Jun 12, 08:47 PM

I am:heart:

20 Jun 12, 08:46 PM

I am: Untukmu Teman

9 Jun 12, 08:57 PM

Yes:P :biggrin: :cool: ting–nong

9 Jun 12, 08:56 PM

Yes:heart:

9 Jun 12, 06:48 PM

Yes: Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuh…:D

🙂 🙂 🙂

 Aku tidak inginkan semua ini hanya mimpi. Namun aku harapkan ia mencipta bukti dalam sejarah perjalanan kehidupan ku di dunia ini. 
 
Leave a comment

Posted by on December 16, 2012 in Paragraf-paragraf Sahaja

 

Tags: , , , , , , ,

Wallaahu a’lam bisshawab

Legend and Veendam

Legend and Veendam (Photo credit: kakela)

Alhamdulillahirabbil’alamiin. Dalam jeda waktu yang terus bergulir maju, saya akhirnya menitikkan air mata juga hari ini. Bukan menangis karena terluka, berduka atau pun berbelasungkawa. Hanya terharu, itu saja.

Saya terharu, lagi. Dan salah satu aktivitas paling menyenangkan yang saya lakukan pada waktu yang sama adalah menangis. Agar, wajah ini segera segar, kemudian dapat tersenyum memekar pada pipi. Agar, tiada lagi tanda tanya yang menyelinap di ruang pikir.

Beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal tiga puluh November, saya sempat mengirimkan email kepada beliau, salah seorang dosen pengajar. Dalam harapan, beliau adalah dosen pembimbing ku. Adapun tema email yang saya kirimkan adalah tentang konsultasi judul skripsi yang hampir jatuh tempo. Hohoo. Tidak terasa, sudah berbulan waktu berjalan. Hanya Engkau Yang Maha Tahu ya Rabb, atas berbagai langkah-langkah yang hamba lakukan sebelumnya.

Tidak mudah untuk memulai, memang sungguh terasa. Ada berat yang menggantung di dalam hati, berikut jemari yang pengennya curhat di sini dari pada menyusun rangkaian kalimat yang bernama skripsi. Belum, sampai saat ini, masih dalam rangka pengajuan proposal, teman. Mohon doanya yaa, semoga dapat berlangsung dengan berkah melimpah.

Oia, kedatangan saya di sini adalah untuk menitipkan beberapa bait kronologi yang baru saja berlangsung. Tidak sengaja, tanpa menduga, saya main ke alamat email lama yang pernah tercipta. Email yang saya buat untuk iseng-iseng saja. Yah, tidak terlalu penting, memang. Hanya saja, saya adalah pribadi yang senang melakukan hal-hal tidak biasa. Saya pun akhirnya menciptakan lagi alamat-alamat email yang unik. Unik dan  mengesankan. Salah satunya bernama My Surya.

Nama ini terinspirasi dari salah seorang sahabat di dunia maya. Nama yang merupakan inisial dari kepanjangan nama ku. Pun singkatan dari nama beliau. Beliau yang sangat berarti, penuh dengan kebaikan. Saya salut dengan semua ini. Hingga akhirnya, kami pun bertemu di sini. Untuk keperluan apa, kiranya?  Wallaahu a’lam bisshawab.  Saya sangat yakin, semua ini dengan izin dari Allah Yang Maha Baik. Mohon bimbing kami selalu ya Rabb, akan senantiasa mengingat-Mu lebih awal, sebelum kami mengembalikan ingatan kepada yang lainnya. Karena kami adalah hamba-hamba-Mu yang seringkali khilaf. Astaghfirullaahal’adziim. 

Istighfar. Memohon ampun kepada Allah atas ketidaktahuan diri ini.

Dalam menempuh jalan meraih cita, aku seringkali mampir di dunia ini. Baik untuk menemukan informasi-informasi baru, maupun untuk bermain-main saja. Intinya, kehadiran saya pada salah satu lembaran ini adalah untuk merealisasikan harapan demi harapan yang sebelum ini pernah bersinggah dalam ingatan. Ya, saya ingin mengetahui kejadian-kejadian baru dan hal-hal apa saja yang terjadi di luar sana – dengan lebih cepat, tentunya. Ini adalah harapan, beberapa tahun yang lalu. Dan hari ini, harapan itu membuahkan tetesan permata kehidupan.

Ada informasi baru yang membuat saya tersenyum segera, pun sebaliknya. Salah satunya adalah beberapa jam yang lalu. Saya pengen saja mengulik email bernama “My Surya.” Dan tralalaaaa… saya membaca sebuah nama, beliau adalah dosen ku. Beliau yang beberapa hari yang lalu, saya kirimi sebuah pesan. Mulai dari membentangnya benang-benang harapan di dalam ingatan ini, hingga menitiknya permata kehidupan. Membuat benang-benang tersebut menunduk ke bumi. “Sesungguhnya, pengetahuan kita terhadap suatu hal, hanya Allah Yang Maha Tahu. Siapakah kita yang sesungguhnya? Dalam pandangan-Nya kita berada, hanya pada-Nya kita berserah. Tawakkal ini membuat bungah senyuman pun memekar, segera.

Saya mengirimkan email tanggal 30 November 2012, dari alamat email dengan akun yang biasa saya pergunakan. Berikut isi pesan tersebut. :

Yth

Bapak Bambang Rustandi

di tempat,

Perkenalkan saya Marya Suryani, mahasiswa semester akhir Universitas Sangga Buana, Bandung.

Bermaksud untuk konsultasi tentang judul skripsi yang akan diajukan.  Dengan judul “PENGARUH BIAYA OPERASIONAL, BIAYA  KOMUNIKASI DAN GAJI KARYAWAN TERHADAP  LABA PADA PT. CYBER GERBANG DATA NIRKABEL ERA TANGGUH DI KOTA BANDUNG.”

 

Adapun draft proposal penelitian, terlampir.

Apakah bisa dengan judul tersebut, mohon masukannya Pak?

 

Terima kasih,

-Yani-

Dan tahukah engkau wahai teman? Tadi itu saya terkaget, karena balasan email dari Bapak Bambang adalah ke email yang iseng-iseng saya utak-atik. Ai! Betapa saya ingin segera menyampaikan terima kasih terdalam kepada beliau. Karena dalam pikirku, beliau belum membalas apa-apa. Karena, saya tunggu-tunggu terus menunggu di alamat email yang menjadi jalan sampaikan pesan pada beliau. Dalam hati ku berkelana banyak tanya, salah satunya adalah, “Kok bisa yaaa… balasan email dari beliau masuk ke sini?”

Saya masih belum percaya. Lalu membaca lagi jawaban email dari beliau, dosen ku yang peramah, mudah tersenyum dan saya mengagumi beliau semenjak awal kami berjumpa di Sangga Buana :

terima kasih :

judul Yani adalah :

PENGARUH BIAYA OPERASIONAL, BIAYA  KOMUNIKASI DAN GAJI KARYAWAN TERHADAP  LABA PADA PT. CYBER GERBANG DATA NIRKABEL ERA TANGGUH DI KOTA BANDUNG.”

komentar :

1. apa yang mendasari (alasan) hanya biaya tersebut yang berpengaruh thd Laba,

2. Definisi Biaya Operasional itu apa? biaya-biaya apa saja yang merupakan bagian biaya opersiaonal

3. Mengapa pendapatan tak diikut sertakan? kan Pendapatan sangat berpengaruh terhadap laba?

4. Laba : laba itu bertingat-tingkat : ada Laba kotor, laba Operasi, laba sebelum pajak dan  laba bersih. yang dimaksud Yani laba yang mana?

5. Periode data yang ditelitinya  untuk periode tahun berapa ya.

kalo boleh bapak menyampaikan saran sebaiknya judulnya dipersempit saja menjadi :

Pengaruh Harga Pokok Penjualan terhadap Laba Kotor (studi kasus pada PT cyber Gerbang Data Nirkabel Era Tangguh – Bandung Periode Tahun 2006 sampai dengan 2011).

semoga kita boleh diskusi

bamrus

Dan malam ini, saya baru membacanya. Membaca dengan saksama beberapa pertanyaan yang beliau ajukan sekaligus. Ya, akhirnya saya kembali membaca. Bacaan yang membuat saya bertanya-tanya tentang saran yang beliau sampaikan. Beliau bertanya, kemudian saya memberikan jawaban.

Yth
Bapak Bambang Rustandi
di tempat,
Saya senang dapat melanjutkan diskusi dengan Bapak tentang judul skripsi.

Mohon maaf sebelumnya Pak. Berikut beberapa pendapat yang saya kemukakan:

  1. Adapun hal yang mendasari biaya tersebut diajukan dikarenakan perusahaan bergerak di bidang jasa dan biaya listrik, air, bahan bakar dan biaya perlengkapan seringkali digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan.
  2. Biaya operasional merupakan merupakan biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan perusahaan untuk memperoleh barang dan atau jasa dalam rangka meningkatkan laba perusahaan. Yang terdiri dari biaya tetap, digunakan tetap dalam jumlah tertentu, biaya variabel yang akan berubah sesuai dengan volume usaha, dan biaya semi variabel yang mengandung unsur tetap dan variabel di dalamnya.
  3. Iya, baik Pak. Terima kasih atas masukannya.  Pendapatan merupakan hal inti dalam memperoleh informasi laba.
  4. Adapun laba yang dimaksudkan adalah laba kotor, Pak. Dari hasil selisih antara pendapatan dan biaya-biaya yang dikeluarkan.
  5. Data yang diajukan untuk tahun 2007 – 2011, Pak, bagaimana, Pak?

Untuk judul yang Bapak sarankan, saya menyukai.

Mohon kiranya Bapak berkenan merestui dan memberi petunjuk selanjutnya. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum,
-Yani-

Adapun jawaban tersebut, saya pertimbangkan dengan sungguh-sungguh. Dengan terlebih dahulu mencari beberapa referensi dan pencerahan di dunia maya ini. Ya, agar saya dapat mengetahui apa yang belum saya ketahui. Agar, harapan yang sebelumnya tidak sekadar harapan. Lalu, searching, dech. Di tengah rimba dunia maya, saya seperti kehilangan arah. Saya bingung, saya pun bertanya lagi. Apakah perusahaan jasa mempunyai Harga Pokok Penjualan, yaa? Dalam pikir ini ada jawaban, namun sebelumnya perlu menemukan masukan. Sehingga sampaikan arah tatap ini pada sebuah kalimat yang mengajak mata ini menelusurinya. saya akhirnya melanjutkan detik demi detik waktu yang berikutnya di sini : Apakah Laba Rugi Perusahaan Jasa Ada Harga Pokok Penjualannya? | Jurnal Akuntansi Keuangan.

班底内区 Pantai Dalam, Kuala Lumpur

班底内区 Pantai Dalam, Kuala Lumpur (Photo credit: Tianyake)

Setelah membaca referensi, menemukan beberapa referensi, jawaban pun saya kirimkan teruntuk beliau, dosen. Bismillaahirrahmaanirrahiim, dan apa yang terjadi? Pesan terkirim dengan sukses dan lancar, karena koneksi sedang baik hati. Ya Allah, semua ini demi masa depan yang lebih baik. Mudahkanlah dan berkahi ya Rabb.

Beberapa menit kemudian, saya memeriksa email. Alhamdulillaahirabbil’alamin, beliau ternyata sedang online saat ini. Sehingga dengan tidak perlu menunggu beberapa hari, saya pun mempunyai harapan lagi. Harapan ini perlu semakin bersemi, bisik hati ku. Kita bisa, Insya Allah.

Saya berpikir yang baik-baik saja. Semoga beliau dapat menjadi jalan terang menuju ranah cita. Dengan harapan, segalanya mudah dan dapat selesai dengan indah. Aaamiin ya Rabbal’alamiin. Banyak doa yang mengikuti langkah-langkah ini, pun mengharapkan kelancarannya. Lalu, bagaimana kalau saya tidak akan semangat lagii? Sedangkan perjuangan adalah kumpulan dari titik-titik harapan. Dan setelahnya, mengalirlah kesuksesan yang diimpikan. Semoga tidak hanya impian, teman. Mari, kita belajar memahami keadaan. Let’s memetik hikmah dari setiap keadaan.

Kemudian, Bapak Bambang mengirimkan pesan:

“dik surya … kalo boleh hari jum’at ba’da maghrib kita diskus di kampus 3 ya… mohon di print out proposalnya.
ada beberapa hal yang perlu disampaikan ke dik surya.

mohon ingatkan bapak di no 081931423xxx
thanks a lot
regard
bamrus”
***
Yth
Bp Bambang Rustandi
di tempat,

Iya, baik Pak.

Terima kasih atas kesempatan yang Bapak berikan.
Untuk proposal yang akan di print out dengan judul yang sebelumnya atau judul sesuai saran dari Bapak,?
Terima kasih,
-Yani-
***
agar bisa bapak jelaskan sebaiknya ke dua duanya di print out saja ya….
***
Yth
Bp Bambang Rustandi
di tempat,
 
Iya, baik Pak.
 
Terima kasih,
-Yani-

 

Kemudian, saya perlu mengingat perjanjian ini. “Semoga kita ingat.. ingat… ingat.. untuk mengingatkan beliau. Aamiin,” bisik hati ini. 

Lalu, kami pun mampir di sini untuk menitipkan beberapa baris kalimat. Sebagai salah satu bukti perjalanan diri dalam menyelesaikan skripsi. Ini memang untuk yang pertama kalinya. Dan pasti ada grogi. Xixixii. Saya berniat untuk dapat lulus Januari 2013. Dengan konsekuensi, belajarnya perlu lebih sering dan rajin lagi. Karena saya pun pernah membaca sebuah buku motivasi dengan tema skripsi. Di dalam buku tersebut dijelaskan tentang tips dan trik menyusun skripsi dalam jangka waktu 30 hari. Ai! Saya dengan optimis dapat menjalani. Wallaahu a’lam bisshawab. 
Ada senyuman Ibunda dan Ayah yang menari-nari di dalam ruang imajinasi. Beliau tersenyum dan segera menunaikan nazar. Karena Ibunda memesankan, bahwa Ibunda mempunyai nazar atas kelancaran saya dalam menempuh masa pendidikan di kota ini. Lalu, apakah nazar yang saya titipkan pada sekeping hati ini?
“Saya ingin menjadi donatur, untuk lembaga sosial yang sedang dikelola oleh salah seorang teman yang saya kenal melalui dunia maya ini. Dan beliau adalah sahabat berbagi. My.”
Hari ini kita mungkin saja sedang berimajinasi. Saat ini bisa jadi kita sedang berdiskusi. Dan tidak dapat kita prediksi, kapan imajinasi dapat kita jalani. Dan bagaimanakah hasil diskusi nanti dengan beliau, dosen pembimbing skripsi?
Saya masih menanya, untuk saat ini. Dan setiap pertanyaan pasti ada jawabannya. Hanya Allah Yang Maha Tahu segalanya. Namun demikian, sebagai hamba-hamba-Nya yang peduli dengan diri, baiklah kita memberikan yang terbaik terhadapnya. Salah satunya adalah dengan melakukan apa saja yang dapat menjadi jalan sampaikan ia pada cita tertinggi. Cita yang sebelumnya mungkin pernah kita rangkai dalam ruang pikiran. Atau baru saja kita titipkan pada sudut hati. Dan apa yang kita lakukan saat ini, merupakan bukti atas ketulusan hati dalam memberikan kesempatan kepada diri untuk melakukan yang terbaik.
Terangilah hari-hari dengan pikiran yang positif. Dengan demikian apapun yang kita lakukan pun mendekati ke arah yang positif. Walaupun belum sepenuhnya melekat erat, setidaknya kita sedang berusaha dengan sungguh-sungguh. Benar dapat kita saksikan dalam perjalanan kehidupan ini. Bahwa para pejuang sejati, bukanlah ia yang mudah saja bermimpi dan mengalirkan imajinasi. Namun, segera mengaplikasikannya dalam berbagai kondisi. Baik dalam keadaan sendiri, maupun dalam jamaah yang lebih luas cakupannya.
Dan sudah sampai di manakah kita saat ini?
Baiklah kita bertanya pada diri sendiri, tentang langkah-langkah kaki. Apakah ia masih sedang berkecimpung dengan lingkungannya saja? Ataukah sudah sedang berusaha untuk menantang diri sendiri dan membuktikan bahwa ia sebenarnya mampu mengukir prestasi melebihi apa yang ia pernah imajinasikan. Apakah ia sedang menyusuri jalan menuju  zona penuh dengan bukti-bukti dan bukan lagi hanya imajinasi?
Nama havardii

Nama havardii (Photo credit: Gravitywave)

Bersama melangkah di jalan yang saat ini sedang kita pilih, adalah salah satu bukti kebersamaan di bumi. Adapun saling mendoakan ketika sedang berjauhan raga, merupakan bukti bahwa kita terus saling mengingat dan mengingatkan satu sama lain. Karena tidak selamanya kita berjalan dalam sendiri. Ada banyak sahabat di luar sana yang juga sedang berjuang dengan sepenuh hati. Dan hendaknya kita dapat bercermin dari kondisi dan situasi.

Skripsi ini untuk satu-satunya. Dan ia adalah yang pertama pun terakhir. Lalu, kesan seperti apa yang sedang kita rangkai dalam menciptanya? Apakah kita berani untuk membuktikan bahwa kita sedang berjuang untuk memberikan yang terbaik??
Rabbisshrahli shadri wayassirli amri wahlul ‘uqdatam millisaani wa yafqahu qauli. 
Ya Allah lapangkanlah dadaku, mudahkanlah pekerjaanku (urusanku), dan lancarkanlah lidah ku, agar mereka faham pembicaraan ku.
Aamin ya Rabbal’aalamiin.
Laahaula walaaquwwata illaabillaahil’aliyyul’adziim. Sungguh dalam melangkah, kita memerlukan bimbingan. Dan tidak ada bimbingan selain bimbingan-Nya yang kita harapkan. Karena hanya kepada Allah harapan tertinggi kita tautkan. Semoga damai senantiasa hati mu, teman. Teruslah berjuang. Jalan masih membentang. Ada kesegaran di sekitar kalau kita mau memetik hikmah di dalamnya.
Nama carnosum

Nama carnosum (Photo credit: Gravitywave)

Banyak wajah yang akan tersenyum dengan keberhasilan kita. Namun, ada yang tersenyum dengan lebih ringan pada saat yang sama. Sekepinghati. Ia pun tersenyum buat kita yang mensenyuminya dalam menempuh proses menuju cita terbaik.
🙂 🙂 🙂
 
Leave a comment

Posted by on December 11, 2012 in Paragraf-paragraf Sahaja

 

Tags: , , , , , , , , ,

Nicer

New Smile

New Smile

Alhamdulillaahirabbil’alamiin…

Masih dapat tersenyum dan tertawa pagi ini, ku bahagia. Betapa tidak dapat ku bayangkan, bagaimana kondisi ku keesokan hari, pada hari kemarin. Ya, demam tinggi yang menyerang raga ku, membuat dunia seakan berakhir.  Betapa aku seperti kehilangan harapan. Namun, aku berusaha untuk membuat diri ini kembali bangkitkan jiwa. Walaupun raga sesungguhnya tidak lagi berdaya.

Dalam rehat panjang ku, hanya tersisa beberapa buah ingatan saja. Ingatan yang segera menuju pada hari-hari yang pernah aku jalani. Ingatan yang menjadi jalan tersenyum ku. Ingatan yang membuat jiwa ku ingin hidup lebih lama lagi. Dan ingatan tersebut membawa ku ke kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya.

Berulang kali aku mengusahakan agar mata ini kembali mau membuka. Setelah sekian lama ia ingin menutup saja. Berulang kali pula aku bergiat untuk mengajak raga, agar ia segera bergerak, bangkit dan melangkah. Karena aku masih ingin menempuh hari-hari terindah dalam perjalanan kehidupan ini. Aku masih ingin berjumpa dengan beliau-beliau yang belum pernah aku jumpai sebelumnya. Aku ingin bersama dengan beliau-beliau yang selama ini bersama dengan ku, dan kini kami berjarak raga untuk sementara. Aku masih ingin melanjutkan cita ku yang belum tercapai. Aku masih ingin membuktikan bahwa aku pernah ada di dunia ini. Kemudian, aku pun bangkit dari rehat panjang ku.

Pagi ini, aku membuka folder-folder lama, berisi kisah dalam perjalanan ku. Aku mengemas waktu sedemikian rupa, agar aku kembali semangat saat ini. Aku baca kisah tentang perjalanan banyak orang-orang sukses. Aku membuka lembaran catatan ku yang dulu. Lembaran yang menjadi jalan sampaikan ku pada hari ini. Karena aku yakin, keadaan ku saat ini adalah sangat erat kaitannya dengan hari-hari yang pernah aku jalani. Aku masih ingin menjumpai para sahabatku yang menjadi jalan tersenyum nya wajah ini dengan lebih indah. Akhirnya sampailah tatapan mata ini pada selembar potret jaman dahulu. Tahun 2009, tanggal 30 November aku pernah menitipkan di sini. Hahaa..!! 😀 Aku tertawa segera, ketika mata ini tertuju padanya. Aku pun melanjutkan senyuman di dalam hati.

Lalu, aku pun membayangkan wajah-wajah para sahabat yang sedang berekspresi. Senyuman tersebut, sangat khas. Spontan! Benar-benar original. Ai! Teman, bagaimana kabarmu hari ini? Setelah sekian lama kita belum lagi dapat bersama, tentu telah banyak perubahan yang engkau alami, yaa. Bertambahnya ilmu pengetahuan, semakin menggunungnya pengalaman, semoga menjadikan engkau pribadi-pribadi yang penuh dengan ekspresi. Ya. Seperti saat ini.

Aku, belum dapat menatap wajah-wajahmu lagi, hari ini. Begitu pula dengan engkau. “Ro!;Lara;Intan;Gun;Iis;Lisbeta;Tari;Siti;Tya;Citra;Dede;Mey;Eni;Teteh;Iyun;Titih;Ima, dan yang lainnya, yang tidak tertangkap kamera, mana yaaa..” Terima kasih atas ekspresi nya. Ekspresi mu teman-teman, yang sempat kita abadikan, kini menjadi jalan tersenyum ku. Ya, sungguh.

***

Masa-masa yang telah berlalu, tidak dapat kita mengulang lagi. Ya, karena masa-masa tersebut telah berlalu. Sedangkan hari ini, saat ini tepatnya, ketika kita masih ada, maka ia akan menjadi satu lembar yang akan kembali kita kenang, pada suatu hari nanti. Apakah yang saat ini sedang engkau jalani wahai teman?

Walau bagaimana pun kondisi yang sedang engkau alami,  berjalanlah dalam waktu-waktumu yang saat ini, dengan tenang. Dalam aktivitas mu pun demikian, lakukanlah dengan penuh semangat. “Tetap semangat! Dan antusias.” Agar, ia menjadi jalan tersenyum nya engkau lebih indah lagi, setelah ia berlalu.

***

Aku merasa lebih segar dan lebih baik, sekarang. Ini berarti, aku sudah siap untuk melanjutkan aktivitas pada hari ini, dengan semangat!. Karena aku ingin hari-hari ku menjadi jalan sampaikan aku pada tujuan, maka aku pun mencipta satu dua jejak senyuman di setiap kalimat yang tercipta. Dan inilah senyuman ku pada hari ini. 🙂 Senyuman terindah yang aku cipta buat kenang-kenangan. Semoga bukan senyuman yang terakhir. Namun, kalau memang senyuman ini yang terakhir, semoga engkau berkenan untuk melanjutkan senyuman ku.

🙂 🙂 🙂

 
Leave a comment

Posted by on November 16, 2012 in Paragraf-paragraf Sahaja

 

Tags: , , , , , , , , , , , ,

Kita Sahabat Selamanya

Hari ini, aku menemui sahabat lamaku.  Aku mengunjunginya karena aku rindu. Banyak rindu yang ingin aku tebarkan terhadapnya, sebelum kami bertemu. Dan akhirnya, kami benar-benar bertemu. Setelah sekian lama belum berjumpa lagi, pertemuan ini rasanya seakan mimpi. Masih belum genap rasa percayaku atas apa yang berlangsung kini. Yakinku pun berulangkali menyampaikan sapa padaku yang sempat terdiam untuk beberapa lamanya. Namun, aku hanya selipkan senyuman padanya. Ini karena sudah demikian memuncaknya segala rasa. Hingga tiada lagi kata yang mampu terangkai segera untuk mencurahkan. Iya, dengan berjumpa, aku sungguh bahagia.

Beliau, sahabatku yang telah lama meninggalkanku. Ya, semenjak kami berpisah beberapa tahun yang lalu. Belum genap lima tahun, namun sudah lebih dari dua tahun. Tepatnya, tua tahun lebih sebulan. Dua puluh lima bulan lamanya, kami belum lagi bersama. Waktu yang tidak sebentar memang, pun tidak begitu lama. Namun, serasa ada yang kurang dalam kehidupanku, ketika tiada dirinya bersamaku. Aku sungguh bahagia saat ini, akhirnya kami masih dapat bersama di dunia. Dia masih ada, begitu pula aku. Kami sama-sama masih mempunyai waktu dan kesempatan untuk menikmati segarnya udara pagi hari. Pagi ini, mentari yang bersinar turut tersenyum kepada kami yang sedang menukar kisah. Ya, banyak kisah yang saling kami pertukarkan. Kisah yang tercipta  selama kami belum lagi bersama.

Beliau merupakan sahabat terbaikku. Sahabat terbaik di negeri yang aku sangat asing. Beliau sangat berjasa terhadapku. Berjalan kami seringkali bergandengan, melangkah seringkali searah. Dan awal dari perpisahan kami, adalah saat aku kehilangan arah. Aku tersasar saat melangkah. Sedangkan beliau yang sedang bersamaku, mungkin tidak melihat arah yang sedang aku tuju. Dan aku baru menyadarinya, ketika aku baru bangun dari kondisi alpa yang ku alami. Ya, aku mungkin koma, pingsan atau apalah namanya. Dan yang aku ingat ketika itu adalah, kami masih bersama-sama. Namun, ternyata bukan begitu adanya. Setelah aku benar-benar sadar, ternyata sahabatku tiada di sisi. Aku berteriak di dalam hati, sedangkan mulutku terkunci. Aku ingin memanggil namanya dengan suaraku. Namun, seakan bisu, tidak dapat berucap walau sepatah kata. Aku hanya bisa memandangi sekeliling. Aku benar-benar kehilangan.

Kehilangan yang akhirnya berujung pertemuan, sungguh berkesan. Kini, kami saling bersenyuman. Senyuman yang ia tebarkan padaku, ingin ku jaga selalu di hati ini. Aku ingin melihat ia selalu tersenyum, bahkan untuk selamanya. Karena mentari pun tersenyum kepada kami.

Beliau, sahabatku yang sangat berjasa. Walaupun kami baru berjumpa di dalam perjalanan ini, namun seakan kami terlahir dari rahim yang sama. Walaupun orang tua kami berbeda, namun kami sehati semenjak awal bersua. Apa yang aku pikirkan ketika pertama kali bertukar suara dengannya?

Aku hanya bergumam, “Kita sama.”

Hingga tiada lagi perbedaan kami yang ku lihat. Walaupun sememangnya, perbedaan itu ada. Namun seakan sirna oleh lelehan permata yang akhirnya bertaburan.

Karena aku bahagia, maka aku menitikkan bulir bening permata kehidupan di hadapannya. Aku sungguh bahagia. Pertemuan pertama, sudah berurai airmata. Bagaimana mungkin, pertemuan yang berikutnya tidak akan berkesan? Sungguh, pengalamanku tentang pertemuan, tidak akan pernah sebanding dengan pengalaman saat bersua kembali dengannya. Beliau sahabatku, sahabat yang baik.

Beberapa saat yang lalu, aku menyapa beliau dengan panggilan yang sama. Ya, panggilan yang aku selipkan, sebagai wujud penghargaanku. Sapaan yang mengingatkanku pada hari-hari indah yang sedang kami rancang. Hari yang penuh kesan, pada masa berikutnya.

Mentari.

Kami Atsuma Clouds...

Kami Atsuma Clouds… (Photo credit: Tasayu Tasnaphun)

Entah bagaimaan perasaan yang ia alami saat ini, aku pun tidak dapat menerka. Namun dari pancaran sinar yang berasal dari sorot matanya, aku mengerti bahwa ia sangat bahagia. Senang rasanya hati ini, ketika menyadari apa yang sedang terjadi. Ada gumpalan ringan, sedang memenuhi rongga dada ini. Gumpalan yang akhirnya mencair, menyejukkan jiwa. Mengembun dan kemudian kembali menguap ke angkasa cita. Kami sama-sama berjanji, untuk saling menjaga hingga nanti. Kami perlu terus saling memperhatikan, agar kami dapat terus bersama. Saling mengingat satu sama lain, saat melangkah. Agar, kami dapat sampai ke tujuan dengan selamat. Selamanya, kami ingin dalam nuansa yang seperti ini. Bersama kedamaian hati yang terus saja memuji, mensenyumi, lalu ia menggumamkan sebait niat sebagai awal munculnya tekad.

Aku tidak pernah membayangkan sebelumnya, bahwa kami akan bertemu di jalan yang sama-sama kami lalui, saat itu. Aku yang sedang asyik melangkah, tiba-tiba memalingkan wajah ke sekitaran. Beliaupun sama, melakukan hal yang serupa. Akhirnya, kamipun saling berpandangan. Pandangan pertama yang berkesan, sungguh memesankan. Bahwa kami perlu segera mengabadikannya dalam ingatan. Agar, tidak mudah kami berpaling, sebelum berkenalan. Lalu, kamipun saling memperkenalkan diri.  Perkenalan yang singkat namun bersahabat. Perkenalan yang di dalamnya ada nasihat demi nasihat. Hingga akhirnya aku tahu, bahwa beliau adalah seorang yang hebat! Sungguh, baru pertama kali aku bertemu dengan pribadi yang demikian. Aku sungguh pangling, dan segera bersujud, dalam syukurku yang lebih hebat! Allaahu Akbar, betapa Allah sungguh berperan dalam setiap pergerakan yang kita upayakan.

Ada pertemuan, yang sedang Allah rancang, untuk kita jalani. Ada sahabat terbaik yang sedang Allah persiapkan untuk menjadi bagian dari hari-hari yang akan kita jalani. Untuk menjadi jalan sampaikan ingatan kita kepada-Nya, setiapkali kita mengalirkan ingatan pada sang sahabat. Satu wujudmu, namun banyak   pesan yang engkau sampaikan secara tidak langsung. Baik tersirat maupun tersurat, apapun yang engkau lakukan bermanfaat.

Beliau, sahabatku yang kini sedang berada di depan mata. Beliau sedang duduk dengan tenang. Kami masih merasa canggung, karena sudah beberapa lama tidak berjumpa. Ada yang belum aku tahu dari sikapnya, yang sedang ia perlihatkan saat ini. Seakan ada barisan kalimat yang ia ingin sampaikan padaku. Kalimat-kalimat yang aku yakini, sangat bermanfaat dan berharga. Karena memang demikian adanya. Namun hingga lebih dari beberapa menit, masih ku lihat wajah itu menunduk. Bukan karena ia tak mau, mungkin masih berpikir untuk menyampaikan padaku. Sedangkan aku, memahami kondisinya. Lalu, ku sapa beliau terlebih dahulu. Sama seperti dulu. Dengan sapaan yang telah aku lekatkan sebagai wujud dari penghargaanku. Sapaan seorang sahabat yang ingin berteman. Aku masih ingat, bagaimana ekspresi yang beliau tampilkan, ketika akhirnya kami kemudian terlibat perbincangan yang akrab. Seperti sudah lama bersama, padahal baru berjumpa.

Saling menukar pengalaman, berbagi perasaan. Ai! Akhirnya curhat-curhatan. 😀 Dan sukses menciptakan senyuman demi senyuman. Kini, kembali kami mengalami hal yang serupa. Namun berbeda dengan pada waktu awal perkenalan dulu. Kami demikian mudahnya menempatkan perasaan. Aku yang mengenal beliau, pun sebaliknya. Beliau penuh dengan pemahaman, sungguh pengertian. Masih seperti yang dulu, karakter yang aku tahu. Ai! Engkau sungguh mengesankan. Tepatlah kalau akhirnya kita sama-sama berjuang untuk menjaga persahabatan yang terlanjur tercipta. Semoga untuk selamanya, hingga akhir masa menjemput, kita pun berangkat ke negeri yang sesungguhnya, kampung halaman yang abadi. Dan saat ini, kita sedang melangkah menuju ke sana.

Mari, kita saling menguatkan, saat ada yang terlelah saat melangkah. Mari saling menyemangati, ketika ada yang tiba-tiba berkata bahwa ia merasa lemah. Bukankah pertemuan kita merupakan sebuah anugerah? Tiada yang terjadi, tanpa izin dari Allah… hanya saja, maukah kita terus berusaha untuk menjadikannya sebagai bagian dari sejarah? Sejarah yang akhirnya menjadi jalan hadirkan hikmah buat sesiapa saja. Karena kita sama-sama sedang melangkah di atas tanah yang sama, di bahwa kolong langit serupa. Dan dunia adalah jalan yang menjadi sarana bertemunya kita. Semoga hingga ke akhirnya, kita dapat saling berbagi.

Hanya dengan senyuman yang engkau tebarkan, semesta pun tersenyum lebih indah. Sebagaimana cita yang kita sempat ikrarkan, bahwa selagi kita mempunyai kemauan, maka ada peluang yang memberikan kita kesempatan. Dan hanya dengan keikhlasanlah akhirnya kita mampu mengabadikan persahabatan. Untuk menguatkan kita setelah sempat lemah. Untuk kembali membangkitkan ghirah pada beliau-beliau yang terus melangkah menggapai hidayah.

Bukankah kita pun sedang berjuang untuk meneladani pada pendahulu yang telah lama pergi? Ai! Mengingati semua, bangkitlah! Mari bangkit, namun  mulakan semua dengan membaca “Bismillaahirrahmaanirrahiim…”

Tersilap lidah dalam berkata, tidak dapat kita tarik lagi. Tercoret kalimat melalui tinta, mungkin masih dapat kita hapus. Namun, terucap niat di dalam hati, perlu kita usahakan dengan diri, agar menghadirkan bukti. Dan inilah salah satu prasasti tentang kita, persahabatan yang tercipta karena bertemunya hati. Xixxiii..

Aku mungkin akan mati, tiada lagi di dunia ini. Namun, aku ingin, ketika nanti aku benar-benar tiada lagi, masih ada yang tersisa sebagai bukti. Bahwa kita pernah bersua, bersama, dan menjalin persahabatan karena Ilahi. Buat sahabat terbaikku yang saat ini telah berada di sisiku lagi, ku ungkapkan bait-bait kalimat. Untuk membuatmu tersenyum lebih indah lagi. Selamat yaa…

Karena kehidupan kita bukan tanpa alasan. Pertemuan kita bukan tanpa tujuan. Perpisahan pun bukan tanpa pesan. Semoga kita menjadi lebih bijak dalam menghadirkan tindakan. Baik dalam bentuk rangkaian kalimat maupun kata-kata yang mengalir dari lisan. Karena semua akan kita pertanggungjawabkan kelak, pada hari pembalasan. Semoga, kebaikan kita lebih banyak dari kesalahan, agar dapat menjadi jalan selamatkan kita di hari akhir nanti. Nah, bersamamu sahabat, aku ingin mewujudkan niat ini. Walaupun tidak selalu di sini, semoga di sana kita mampu melakukan yang terbaik. Cukup dengan terus menghadirkan Allah di dalam hati, maka kita mau melangkah lagi setelah merasakan apa itu lelah.

Tetesan keringat yang bersimbah membasahi wajah, tangan, kaki, dan sekujur tubuh ini, semoga menjadi saksi atas apa yang kita usahai. Dengan sebaik-baiknya, tolong bantu aku dalam menjaga persahabatan kita. Karena aku tidak mungkin meneruskan perjuangan sendiri. Sebab kita telah bersama.

Untuk masa lalu yang telah kita tinggalkan, tentu banyak pesan yang ia titipkan. Bagi masa depan yang akan kita temui, tentu sedang membentangkan harapan untuk terus kita jaga nyalanya. So, apapun yang terjadi, teruslah ingat bahwa kita pernah bersama. Bersama di jalan yang bertaburan onak dan duri, terkadang sempat lengket di kaki. Melangkah di jalan yang lurus membentang, kita saling menebarkan senyuman terindah yang kita miliki. Sedangkan di jalan yang tanpa penerangan pun kita menjejakkan langkah-langkah ini. Hanya satu yang belum kita tempuhi, yaitu jalan yang dekat dengan jembatan shirathal mustaqiiim.  Jembatan yang membentang dengan kobaran api di bawahnya. So, setiapkali kita akan melangkahkan kaki-kaki ini, ingatlah akan ia.

Dan hadirmu sahabat, dapat menjadi jalan ingatkanku pada semua itu. Bahwa di dunia ini, kita tidak akan selamanya. Akan ada masanya kita menemui ujung usia, dan kita tidak akan pernah kembali lagi ke masa-masa yang seperti ini. Karena, masa kini akan segera berlalu. Lalu, apakah yang sedang kita dayakan dalam menjadikannya lebih bermakna? Bukankah kita percaya bahwa akhirat itu ada? Dan semua kita akan segera menuju ke sana. Hanya kita tidak tahu kapan waktunya, bisa saja sejenak lagi, esok ataupun lusa. So, tolong ingatkan aku senantiasa, akan hal ini. Maka engkau menjadi salah seorang sahabat yang ku kagumi. Sungguh, sosok sejati itu ada. Ada dalam impian dan harapanku semenjak lama. Dan kini, sosok tersebut sedang berada di sisiku. Tepat, dekat denganku.

Engkau yang aku kenali dengan tanpa rencana, hanya pernah terbersit ingatan di dalam asa. Bahwa engkau benar-benar ada. Setelah beberapa lama waktu bergulir, engkau pun kembali menyapa dengan barisan kalimat yang engkau susun. Untuk mengingatkanku pada kisah perjalanan kita. Perjalanan yang kita tempuh, memang tidak sehari, dua hari atau beberapa bulan saja. Sudah sekian lama waktu berganti, dan ia menjadi bukti. Bahwa kita pernah bertemu di jalan ini.

Oia, ketika nanti engkau mulai melangkah lagi, sesekali, tolong lihatlah, lihat ke sekelilingmu. Di sana sedang ada yang memperhatikanmu. Ada yang sedang tersenyum ke arahmu. Ada yang sedang menyapamu dengan lambaian tangannya yang gemulai. Tersenyumlah padanya, lalu sapalah ia dengan segera. Semoga bukan senyuman terakhirmu yang sedang engkau sampaikan pada sesiapa yang engkau temui. Namun, senyuman itu akan senantiasa baru dan bersemayam di dalam hati beliau-beliau yang engkau senyumi.

Untuk hari ini, ketika engkau sedang membersamaiku, aku ingin titipkan pula sebaris senyumanku untukmu. Senyuman yang dapat engkau jaga selalu, walaupun setelah saat ini kita akan kembali melanjutkan perjalanan. Engkau tetap di sisiku, sekalipun ragamu telah jauh melangkah. Karena keterbatasan kaki-kakiku yang mungkin saja tidak sanggup mensejajarimu. But, tolong ingatlah aku selalu, karena aku pun mengingatmu.

Sekalipun kita berbeda, namun selagi kita masih ada di dunia, masih ada cara untuk mengabadikan kebersamaan. Ingatku padamu, merupakan salah satu cara untuk mencipta pertemuan. Sekalipun engkau tiada di sini, namun engkau seakan duduk di sisi, memandangiku yang sedang tersenyum padamu.

Engkaupun tersenyum padaku, mentaripun tersenyum pada kita. Karena kita sama-sama menghargai makna kebersamaan. Kebersamaan yang tercipta karena pertalian ingatan yang tidak dapat diputuskan. Ya, kecuali kalau masing-masing kita sudah dalam kondisi tidak berdaya lagi, dan kemudian terbaring dalam lemah yang berkepanjangan. Sempurnalah sudah.

Nah! Pada waktu itulah, kita boleh pasrah dan berkata lemah. Sedangkan saat ini, masih dengan ekspresi yang gagah dan indah, apa yang sedang kita upaya untuk mensyukuri anugerah dari Allah?  Berterima kasihlah pada kehidupan yang sedang engkau jalani, dengan mengabdikan dirimu seutuhnya. Dan percayalah bahwa semua pasti ada hikmahnya. Hanya perlukan kerelaan dan ketulusan dalam menjalani apapun itu. Sungguh, dengan demikian hidup menjadi terasa indah dan berkesan.

🙂 🙂 🙂

 
1 Comment

Posted by on September 14, 2012 in Paragraf-paragraf Sahaja

 

Tags: , , , , , , , , , , , , ,

Kalau Bukan Hari Ini?

Menghitung hari. Ini yang aku lakukan akhir-akhir ini. Termasuk hari ini. Entah mengapa, rasanya pengen aja.

Hijau Alami

Hijau Alami

Hari ini adalah bagian dari hari-hari terpanjang dalam perjalanan kehidupanku. Hari ini yang menjadi bagian dari hari esokku. Hari ini yang merupakan lanjutan dari hari kemarinku. Dan seluruh hari yang aku jalani dalam kehidupan ini, berasal dari hari ini.

Walaupun telah lama berlalu, namun hari-hari laluku adalah hari ini pada saat itu. Sedangkan hari ini yang sedang aku jalani adalah hari kemarin bagi esokku. Lalu, tentang esok, akan menjadi hari ini pula, namun bukan sekarang.

Ada hari yang pergi, datang, kembali dan terus begitu. Pergantian hari yang mengingatkanku pada manfaat diri. Lalu, bertanyaku padanya, “Apakah manfaat yang ia berikan, pada hari ini?” Ya, dalam hari ini yang sedang aku jalani.

Ach, baru saja aku mengurai tentang diriku. Aku yang sedang menghitung  hari. Seraya menghitung manfaat diriku bersamanya. Lalu, bagaimanakah denganmu? Adakah engkau juga? Engkau yang menjadi bagian dari hari ini. Hari ini yang engkau pun ada di dalamnya.

Engkau yang mungkin saja asyik dengan aktivitas siangmu seperti hari-hari kemarin, ataukah telah berubah? Engkau yang kembali menggeluti aktivitas malammu, sama seperti hari-hari sebelumnya? Ataukah, engkau telah beralih kesibukan, tidak lagi sama dengan masa yang telah berlalu. Ya, kini engkau mempunyai kegiatan baru, kegiatan yang baru pertama kali engkau jalani.

Adakah yang berbeda hari ini?

“Hari ini adalah hari baru, dalam kehidupanku,” engkau berujar dengan dirimu sendiri. Engkau dengan dirimu yang setia menjadi sahabatmu dalam menjalani waktu.

Setiap kita, tentu ingin menjadi lebih baik dari hari kemarin. Dan kita pun berusaha dengan lebih baik, pada hari ini. Dengan demikian, kita dapat mencapai keinginan yang telah terpancang kuat di relung hati. Tentang keinginan untuk menjadi lebih baik.

Tidak seorangpun ingin berlama-lama dalam suasana yang sama. Ia ingin berubah. Termasuk engkau dan aku. Tentu saja kita ingin memberikan yang terbaik, bukan? Oleh  karena itu, berusaha dan terus bergerak untuk menaklukkan hari ini, pun kita lakoni. Ada aneka harapan yang mensenyumi kita ketika pagi mulai menjelang. Ada pesan yang kita terima, saat siang mulai meninggi seiring dengan berkuasanya si raja siang. Ada kesan yang kita peroleh dari sesiapa saja yang menjadi teman kita saat berinteraksi.

Dari semua itu, ada yang menitipkan bahagia, pun sebaliknya.

Dari banyak pesan yang kita terima, salah satu dari banyak pesan tersebut pun ingin kita selipkan pada penghujung hari ini. Ya, agar ia dapat memprasasti walaupun sebaris kalimat adanya. Pesan tentang ketulusan, pesan tentang kejujuran, keikhlasan, maupun kemewahan makna senyuman.

Ada yang penuh dengan ketulusan, memberikan bantuan tanpa kita minta terlebih dahulu. Ada pula yang dengan ikhlas memberi kita pertolongan setelah kita mengajukan pada beliau. Ada yang jujur ketika kita memohon penjelasan, walaupun terlihat berat adanya. Ada yang menebarkan senyuman penuh kemewahan, dan kita pun ingin menjadi bagian dari kemewahan tersebut. Ai! Ku rasakan semua. Semua ada pada hari ini. Hari ini yang sedang aku jalani, hari ini yang beberapa jam lagi akan segera berlalu. Hari ini ku, sungguh penuh dengan warna. Dan aku sangat terkesan dengan hari ini.

Sebelas September, adalah tanggal yang tercantum pada hari ini. Hari Selasa, lebih tepatnya.

Pagi-pagi sekali pada hari ini, aku sudah memulai aktivitas. Aku yang beberapa waktu terakhir sempat berselubung aura engga jelas. Ada yang berbeda aku rasakan, tidak seperti hari-hari sebelumnya. Belakangan ini, aku mengalami. Namun hari ini, pada pagi harinya, aku kembali ingin menjadi sebagaimana diriku yang dulu. Aku yang merupakan diriku. Ia yang sempat hilang beberapa masa lamanya.

“Hah! Hilang kemana?,” terkagetmu menyampaikan ekspresi.

Bukan, bukan hilang ragaku. Aku masih di sini, masih diriku. Namun, aku merasa kehilangan sesuatu yang ku rasa sangat penting bagiku. Kehilangan … Ai! Betapa tidak indahnya kehilangan. Namun, dari kehilangan yang aku rasakan dan aku mengalaminya, maka aku belajar darinya. Aku belajar satu bahan yang belum pernah aku dapatkan di bangku pendidikan formal. Ya, aku belajar bagaimana menyikapinya. Karena, dengan cara demikian, dapat  ku memahami arti kehadirannya. Kehadiran kehilangan? Sungguh aku tidak ingin lagi mengalaminya.

Hari ini, semua kembali normal. Hari ini, aku merasakan hidup lagi. Setelah merasakan seakan-akan mati suri untuk beberapa hari yang lalu. Hilang arah dan tujuanku, aku seakan hampa tanpa cita. Aku mulai berpikir dan merenungkan. Dan puncaknya adalah pagi tadi. Ketika pagi mulai terang oleh cemerlangnya sinar mentari, aku kembali membuka mata hati. Dalam pikirku mengulangi tanya pada seluruh alam.

“Adakah engkau turut berdoa untukku? Doa terbaik yang akhirnya benar-benar sampai padaku. Hingga aku merasakan dampaknya, ada kedamaian yang segera berdatangan, membawa para personelnya untuk bersama-sama menyapaku? Betulkan?” sekali ku ajukan tanya padanya.

Lalu damai pun mensenyumiku seraya berkata, “Teruskanlah berjalan, melangkahlah lagi. Karena hingga pagi ini, engkau masih ada. Engkau masih hidup, dan terbukti dengan napas ringan yang mengalir keluar dan masuk tubuhmu. Sambutlah indahnya hari ini, bersama kebaikan yang siap untuk ia tebarkan padamu pula,” begini pesan alam yang penuh dengan kedamaian padaku.

Lalu, melangkahlah aku dengan dua kaki yang satu persatu bergerak maju. Mulai dari membuka pintu hati, kemudian membuka mata jiwa. Lalu, aku pun membuka daun pintu yang sesungguhnya. Dan akhirnya akupun lolos keluar dari naungan ruang yang menjadi sarana berlindungku untuk beberapa jam saja. Saat ku mulai melangkah, mentari memang sudah mulai meninggi. Namun, belum terasa terik panasnya. Walaupun sudah begitu benderang sinar yang ia pancarkan. Karena, karena apa? Karena memang suasana alam sungguh dinginnya. Brrrr…. dalam suasana yang sama, aku ingat kenangan pertama berada di kota ini. Tentang sambutannya saat kami mulai berkenalan, dulu. Kejadian yang sudah lama berlalu, lebih dari lima tahun yang lalu.

Ai!

Dan, keadaan yang berlangsung tadi pagi dengan suasana khasnya, tidak benar-benar aku rasai. Karena, aku sangat ingin melangkahkan kaki-kaki ini. Untuk menjemput cita, mengunjungi dan mendekatinya. Maka, satu persatu kaki-kaki ini mulai menjejak bumi. Dengan alat pelindung yang sudah tidak asing lagi baginya, ia menjadi lebih tenang saat menempuh jalan. Satu persatu persimpangan kami lewati. Setiap kali berjumpa dengan perempatan ataupun pertigaan, kami berhenti sejenak sebelum melanjutkan langkah-langkah ini. Adapun tujuannya adalah agar kami dapat lebih matang memikirkan, sebelum menetapkan satu keputusan. Ya, sejenak memang kita perlu berdiri dalam melangkah. Agar, tidak mudah kita kembali sebelum benar-benar sampai pada tujuan. Supaya berteguh pula kaki-kaki tekad ini untuk mempertahankan diri. Ketika raga menginginkan untuk berbalik arah. Yah! Kembali lagi kepada niat awal melangkah. Karena siapa kita berangkat dari rumah?

Ada satu pesan Ibunda yang hari ini kembali terngiang di telingaku. Tentang menghadirkan Allah dalam perjalanan. Ketika kita benar-benar tidak lagi mempunyai siapapun, dan kita merasakan itu. Maka yakinlah dan yakinilah benar-benar bahwa kita masih mempunyai Allah Yang Maha Gagah. Wah! Sungguh! Aku merasakan berjalan bersama tatapan terindah yang senantiasa mengawasiku. Aku merasakan benar-benar, tiada pernah sendiri lagi. Setelah beberapa masa yang lalu, memang merasa, bahwa aku benar-benar sendiri.

Hiiiy…

Dapat engkau bayangkan teman, bagaimana perasaanku ketika hal demikian terjadi? Ketika sendiri dalam sunyi, tanpa sesiapa yang menemani. Sungguh! Inginku berlari, menjauhi sunyi yang menyiksa diri. Ingin, ingin sangat ku menuju keramaian, untuk bertemu dengan sesiapa saja yang ingin aku kunjungi. Aku benar-benar rasakan, apa itu sendiri. Aku tidak mengerti dengan apa yang aku alami. Sungguh, aku hanya ingin berlalu dari ruang sunyiku.

Dan hari ini, pagiku yang penuh kemewahan dengan sinar mewah mentari, telah berakhir. Kemudian, berganti dengan aura berbeda, sungguh tak sama. Walaupun sudah seringkali terjadi, namun malam pada hari ini sungguh tidak sama dengan malam-malam yang telah berlalu. Aku benar-benar merasakan hidup kembali. Hidup yang benar-benar hidup, sungguh aku ingin seperti ini lebih lama. Ketika ingatanku mulai menepi, menjelajahi beraneka ekspresi yang aku saksikan siang tadi. Sungguh, ada warna-warni yang aku alami bersamanya. Dan saat ini adalah kesempatan untuk merenungi tentang sikap diri.

Suatu kali, aku berjumpa dengan ekspresi yang menawan hati. Ada senyuman menghiasi wajah yang aku temui. Aku pun tersenyum, membalasi. Aku ingin meniru meneladani dengan sepenuh hati. Agar ada kebahagiaan lain yang menebar di permukaan bumi ini, setiapkali ada aku. Sungguh! Citaku kembali mengungkit-ungkit ruang imajinasi. Aku ingin tersenyum lebih indah pada hari ini. Hari ini yang beberapa saat lagi pastinya akan berlalu, hari ini yang akan ku jelang ;bernama esok hari; hingga hari ini-hari ini berikutnya. Sehingga, ketika aku bersua denganmu, masih ada bahagia yang ku jaga ada untuk kita bagi. Semoga engkaupun dalam suasana hati yang penuh kebahagiaan setiapkali berjumpa denganku. Ya, saat kita bersapa pada hari ini yang sedang kita jalani. Lalu, kita tersenyum bersama.

Berulangkali aku menekuri diri. Aku bertanya padanya, seringkali. Tersenyumku atas sikapnya yang seringkali membuatku tidak mengerti. Dan tidak jarang pula aku kembali menanyainya, setelah aku menyadari. Bahwa sikapnya sungguh-sungguh berbeda hari ini.

Ketika dengan mudahnya ia mengangguk setuju, seraya menjelaskan lebih rinci atas tanya yang sampai padanya. Pun, banyak hal yang mengajari kami untuk mau belajar lagi. Belajar tentang bagaimana semestinya kami menyampaikan ekspresi. Ketika kami benar-benar merasakan kebahagiaan, ketika kami sedang merenungi manfaat diri, apalagi ketika kami kembali menyelami hari ini. Untuk merasakan kesejukan di dalam samuderanya, setiapkali kami alami nuansa yang tidak perlu kami alami.

Bergulir masa dari menit ke jam, tiada terasa. Sungguh cepat sekali. Satu persatu angka-angka jam pun tinggal. Ketika jarum jam terus mengelilingi angka-angka yang sedang berkeliling. Akhirnya, sampailah kita pada saat ini, masih hari ini.

Aku telah kembali lagi mendekat pada pintu yang semenjak pagi turut mendoakan keselamatanku dalam menjalani hari. Ia mensenyumiku dengan indah, ketika pertama kali mata ini bertemu pandang dengannya. Ia masih menjalankan fungsinya seperti semula. Berdiri tegak dengan anggun, sungguh menarik hati. Aku tidak ingin menjadi sepertinya, yang berdiam lama tanpa bergerak sama sekali. Aku ingin terus bergerak, untuk menjadi bagian dari orang-orang yang penuh cita. Karena hari ini aku masih ada di bumi. Bumi yang menjadi jalan bagi kita untuk berani menjejakkan kaki di atasnya semenjak pagi mulai membuka hari.

Bersama para sahabat, kami terus saling menebar manfaat diri. Berlomba-lomba kami melakukan yang terbaik. Bukan untuk sesiapa, namun untuk menunjukkan pada diri kami sendiri. Dan untuk memberikan jawaban padanya, atas banyak tanya yang sempat ia ajukan kepada kami. Tanya yang perlu kami uraikan jawabannya satu persatu dari hari ke hari. Dan dalam hari ini, terdapat salah satu jawaban dari tanya yang kami terima.

Kami adalah aku dengan para sahabat di sini. Sedangkan kita adalah engkau dan aku. Kita, tentu sama-sama mempunyai cita untuk mampu melakukan yang terbaik pada hari ini. Namun dalam kenyataannya, tidak selalu kebaikan yang kita lakukan pun baik di hadapan orang lain. Sekalipun demikian, teruslah bergerak dengan apa yang kita lakukan. Selagi kita yakin dengan apa yang sedang kita upayakan, maka secara berangsur-angsur kita juga dapat meyakinkan orang lain. Hanya saja, tidak sedikit dari kita yang akhirnya segera percaya dengan apa yang orang lain sampaikan tentang siapa kita. Setelah itu, kita pun menelan mentah-mentah tanpa mencernanya terlebih dahulu. Lalu, memandang diri kita pun begitu. Padahal, jauh nun di dalam hati yang paling dalam, kita sangat tahu siapa kita yang sebenarnya. Sungguh, sungguh miris apabila menjalani hari ini dengan cara begini. Karena perlahan-lahan kita akan tidak mengenal lagi, siapakah diri ini?

Teman, walau bagaimanapun adanya, engkau memang tidak selalu dapat membahagiakan semua orang. Namun engkau masih dapat menciptakan walau setetes kebahagiaan di hati beliau yang sebenarnya berbahagia bersamamu. Walaupun beliau memang tidak menyampaikan padamu. Akan tetapi engkau dapat menyaksikan dari sikap yang beliau tampilkan setiap kali berjumpa denganmu. Mungkin saja beliau berkata tidak menyukaimu. Benar apabila beliau pernah menyampaikan kalimat bahwa beliau kecewa dengan apa yang engkau lakukan. Namun yakinlah bahwa engkau dapat mengetahui bahwa beliau ternyata membutuhkan kehadiranmu. Apalagi ketika engkau tiada di sisi beliau. Dan pada saat yang bersamaan, ada tanya yang beliau layangkan pada sesiapa yang selama ini dekat denganmu, “Kemanakah si A, apakah ia sudah kembali?”

Begini tanya yang beliau sampaikan, tanya yang terkirim untuk menanyakan keberadaanmu, apabila namamu adalah “A”. Dan beliau akan kembali mengajukan tanya yang sama, ketika engkau belum lagi hadir. Saat itu, engkau memang sedang pergi untuk beberapa lama.

Nah! Setelah engkau kembali, maka engkau dapat menyaksikan ada jawaban yang beliau terima secara tidak langsung. Beliau bahagia sungguh senang, saat menyaksikan engkau kembali dengan selamat. Engkau bermanfaat bagi beliau. Dan tahukah engkau, bahwa engkau benar-benar bermanfaat??

Lalu, jauh di dalam ruang hatimu yang paling sunyi, engkau pun menemukan jawaban dari tanya yang engkau terima dari dirimu sendiri. Tentang tanya yang engkau sampaikan pada dirimu, tentang manfaatmu. Engkau dapat menyaksikan langsung, hari ini. Ya, pada hari ini. Sudah berapa banyak yang menanyakanmu ketika engkau tidak hadir bersama beliau? Lalu, ketika engkau ada, apa yang dapat engkau buktikan pada beliau bahwa engkau ada? Ai! Sungguh, hanya hari ini engkau mempunyai kesempatan untuk melakukan yang terbaik. Sehingga citamu bukan lagi berada jauh di ujung harapan. Namun, telah menjadi kenyataan. Adakah engkau menemukan perbedaan di antara keduanya?

Cc: Sebelas September 

🙂 🙂 🙂

 
Leave a comment

Posted by on September 11, 2012 in Paragraf-paragraf Sahaja

 

Tags: , , , , , , , , , , , , , ,