RSS

440-340=100

19 May

 

Hingga pada masanya nanti, ku akan mengembangkan senyuman lalu berkata, “Upz! Ternyata masa lalu ku seperti ini, yaaa…” Lalu, tertawa dikit.  Kaya gini -> 😀

Teman, kita tidak pernah mengetahui tentang bagaimana jalan kehidupan yang akan kita jalani berikutnya. Apakah seindah taman berbunga yang sedang mekar. Bunga tersebut menebarkan semerbaknya yang mewangi. Ataukah…?

Teman, dari detik ke menit waktu yang sedang kita tempuhi, sungguh banyak pesan dan kesan yang ia titipkan. Bahkan, ketika kita terlelap dalam tidur panjang sekalipun. Padanya kita dapat memetik hikmah yang terselip di balik selimut mimpi. Hingga kelak, ketika kita terbangun lagi, dapatlah kita merangkainya membentuk senyuman pada hari esok.

Teman, mungkin saja saat ini engkau sedang berada dalam kondisi yang benar-benar membahagiakanmu. Engkau dapat tersenyum ceria, bergembira dan cerah memancar dari wajahmu yang sumringah. Ataukah, sebaliknya?

Teman, pada sebuah kesempatan, engkau tentu bertemu dengan beliau-beliau yang sangat engkau rindukan. Lalu, mengalirkan kerinduan dengan tebaran senyuman. Ini yang engkau lakukan ketika itu. Nah! Berbeda halnya ketika kondisi jiwamu dalam nuansa berbeda. Ia inginkan bersemedi saja dari aktivitas yang sebelumnya ia lakukan.

Begitulah, warna-warni hari yang datang dan pergi silih berganti.

Teman, beberapa waktu yang lalu, saya menyempatkan waktu untuk menemui beliau yang sedang berbahagia. Bahagia yang memancar dari rona wajah beliau. Sungguh menyenangkan, ketika memandang tampilan yang demikian. Hingga lama kelamaan, kebahagiaan tersebut pun memancar dengan lepasnya, pada sekitaran. Termasuk padaku yang sedang berada di lokasi keberadaan kami.

Teman, pada kesempatan yang lain, ku langkahkan kaki ke daerah yang baru. Bersama beberapa orang sahabat yang menemani, kami melanjutkan perjalanan. Dari satu arah ke arah yang lainnya, kami berjalan. Seringkali kami berjumpa dengan persimpangan. Tidak jarang pula, kami bersua dengan perempatan. Terkadang, kami memilih jalur yang lurus. Dan kami perlu menyeberang untuk dapat menempuhi rute yang berikutnya. Pun tidak jarang pula kami menempuhi persimpangan yang mengarah ke sisi kiri dan atau kanan yang terdapat pada perempatan. Kami bebas memilih arah, sesuai dengan tujuan yang ingin kami capai. Lama berjalan, kami menyusuri alur yang sedang membentang. Dari jalan pertama ke jalan ke dua, hingga jalan yang ke sekian kalinya kami tempuhi, terlihat sama saja. Namun, ada yang berbeda dari semua. Yah, pemandangannya. Tidak ada yang sama, sesungguhnya.

Teman, ketika kita mau melayangkan pandangan lebih jauh lagi, maka akan terlihat pemandangan yang sangat indah di depan sana. Keindahan yang sangat ingin kita kunjungi. Kita ingin berada di sana, segera. Maka, mempercepat gerak kaki yang sedang melangkah, mengayunkan tangan dengan sigap, pun kita lakukan. Seiring dengan perjalanan waktu, kita teruskan berjalan. Hingga akhirnya, sampai jua pada tujuan yang tadi terlihat dari kejauhan. Indah dan kemewahan yang terlihat, tidaklah selamanya sesuai dengan kenyataan. Karena, pemandangan yang kita saksikan dari kejauhan, tidaklah selalu sama tampilannya, ketika ia ada di hadapan. Begitulah kehidupan di dunia. Seperti fatamorgana pada jalan lurus yang sedang diterpa teriknya sinar mentari.

Ya, lihatlah, sebuah jalan beraspal yang sedang membentang di hadapan. Jalan yang lurus itu akan terlihat seperti ada genangan air di atasnya. Namun, ketika kita ingin membuktikan apakah sebenarnya air benar-benar menggenang? Ternyata tiada apa-apa yang kita temukan. Hanya jalanan kering yang berdebu, itu saja.

Teman, kehidupan juga terkadang demikian. Apabila pada suatu waktu kita mempunyai keinginan, yang ingin kita wujudkan. Maka, ketika ia belum tercapai, keinginan tersebut seakan ingin kita genggam dengan eratnya. Namun, saat ia benar-benar akan berada dalam genggaman kita, bukanlah semudah menciptakan keinginan itu sendiri. Kita perlukan usaha dan perjuangan untuk mencapainya. Usaha tersebutlah yang menjadi jalan untuk membuktikan, sejauh mana usaha yang sedang kita kerahkan.

Untuk memperhatikan genangan air yang semula terlihat di sebuah jalanan beraspal, tentu kita perlu melangkah untuk mendekatinya. Itulah usaha. Kalau kita ingin bukti yang benar-benar valid, usaha adalah solusinya. Kecuali kalau kita hanya inginkan menerima berita dari orang-orang saja. Ya, dari beliau yang telah menyaksikannya langsung. Dan beliau membawa berita kepada kita. Tentu kurang asyik kiranya. Kalau kita menerima berita, tanpa mengetahui bagaimana proses untuk terciptanya kalimat dalam berita tersebut. Malah, akan lebih berkesan. Apabila kita pun terlibat di dalam prosesnya.

Teman, dari waktu ke waktu, kita memperhatikan perubahan yang terjadi di alam. Kita kadang menjadi pemeran di dalamnya. Bahkan sebenarnya, kita memang benar-benar berperan bersama alam. Bermula semenjak pagi menampakkan senyuman terbaiknya, kita sudah mempersiapkan diri dengan optimal. Agar kita dapat memanfaatkan kesempatan hidup pada hari ini, untuk membersamai perubahan yang berlangsung di alam. Kita ingin menjadi bagian darinya. Maka, pada mulanya tentu saja kita mencari tahu bagaimana cara untuk bergabung dengan alam.

Hai! teman… Bukankah kita sedang berada di dalamnya? Tentu secara otomatis, kita telah terlibat dalam perubahan alam, kan yah?

Teman, untuk menentukan pada bagian mana peran kita, maka kita perlu mengkomunikasikannya bersama dengan orang lain. Karena, selain kita yang tahu, juga ada orang lain yang mengetahui sejauh mana kemampuan yang telah kita miliki. Lalu, pada bagian manakah kita selayaknya berada? Kita tidak boleh asal menempatkan diri. Karena setiap kita mempunyai keahlian dan spesialisasi dalam berbagai hal. Ada yang sama, tentu saja. Namun, sama bukan berarti menyamakan.

Teman, di sepanjang sejarah perjalanan dalam kehidupanmu, pernahkah engkau berada pada tempat yang tidak semestinya engkau berada di sana? Ataukah engkau merasakan bahwa kehadiranmu bukanlah pada lokasi yang sedang engkau tempati? Pernahkah teman? Lalu, bagaimana cara yang engkau tempuh untuk menemukan solusi akan hal ini?

Teman, atau kehidupan yang sedang engkau jalani ternyata lancar-lancar saja. Tidak ada hal yang semestinya engkau ganti, dari posisi tempatmu berdiri. Tidak ada yang akan engkau alihkan, dari lokasi tempatmu berada. Engkau sedang menempuh aktivitasmu pada lokasi yang tepat. Lalu, setelah meyakini dengan sepenuh hati, engkaupun menjalani waktu di dalamnya. Engkau menghargai lingkunganmu. Engkau demikian nyaman dengan keseharianmu. Seakan tiada satu hal pun yang memalingkanmu darinya. Engkau betul-betul berada pada tempat yang cocok.

Fix, since the first time you come there. 

Sehingga, engkau merasakan kenyamanan, ketenteraman dan keteduhan dalam hari-harimu. Engkau seakan merasa sedang berlindung di bawah sebatang pohon yang sangat rindang. Sedangkan pada saat itu, mentari sedang bersinar dengan teriknya. Akibatnya, engkau tidak merasakan sengatan dari sinarnya yang kuat. Engkau damai, engku merasakan kesejukan.

Teman, kondisi yang demikian, engkau jalani hampir beberapa periode. Dari tahun ke tahun, tiada yang berubah. Engkau bernaung di lokasi yang aman. Hal itu membuatmu bersyukur, menjadi bagian pada lingkungan yang demikian. Engkau senang, engkau bahagia, engkau seringkali memancarkan sumringah senyumanmu yang tertata dari waktu ke waktu. Bertahta pada keluhuran pekerti yang menjagai, engkau iringi dengan memetik ilmu. Engkau dapat belajar dari berbagai keadaan, dengan tenangnya. Begitu pula dengan pengalaman. Engkau dapat memperolehnya kapanpun engkau mau. Dari sesiapa saja yang engkau temui, setiapkali berinteraksi atau berkomunikasi. Ada saja bahan pelajaran yang menjadikanmu mengangguk tanda setuju.  Terkadang, engkau sempat geleng-geleng kepala, beberapa kali. Karena ketakjubanmu pada apa yang sedang engkau saksikan. Tidak jarang pula, engkau tersenyum dan tertawa dengan lepasnya, saat ada yang menurutmu kocak. Engkau sempat terbuai olehnya.

Teman, dan ternyata, kondisi yang serupa tidaklah berlangsung selamanya. Karena perguliran roda masa, waktupun berganti. Suatu waktu, engkau menampilkan ekspresi yang berbeda dari sebelumnya. Engkau terhanyut oleh suasana. Engkaupun pernah menitikkan bulir permata kehidupan dengan mudahnya. Gampang sangat. Engkau mengurainya satu persatu. Padahal tiada yang memintamu untuk melakukannya. Atas keinginan sendiri, engkau menguntainya mewujud tali temali yang bergabung menjadi satu. Lalu, engkau melayangkannya ke hadapan, engkau melemparkannya sejauh-jauhnya. Ke lautan hati ia bermuara.

Teman, dalam beraktivitas, engkau menemukan teman-teman yang baru. Ada yang benar-benar baru engkau temui, maupun yang sebenarnya sudah seringkali engkau bersamai. Namun, dengan gayanya yang baru, engkaupun mengenalnya sebagai seorang yang baru. Padahal, orangnya itu-itu juga. Sama dengan sebelumnya. Lalu, bagaimana dengan sikap yang engkau pakai dalam menanggapi teman yang seperti ini? Bagaimana sikapmu, ketahuilah, bahwa ia sangat menentukan bagaimana karaktermu. Apakah engkau termasuk ke dalam bagian orang-orang yang memahami keadaan, atau…?

Teman, terkadang memang demikian. Kita akan pernah bertemu dengan karakter-karater baru. Baik secara sengaja, maupun yang tidak sengaja. Tiba-tiba saja, kita telah berurusan dengannya.

Sungguh mengejutkan!

Teman, bagaimanapun keadaan yang sedang engkau bersamai, yakinlah di dalamnya ada bahan pelajaran. Dengan belajar dari keadaan. Dengan belajar dari alam-Nya yang sedang membentang sungguh indaaaaaaaah,…. ini, maka kita dapat lebih mudah mengerti. Kita akan memberikan pemahaman terbaik pada keadaan. Kita akan segera mengembalikan kepada diri kita terlebih dahulu, lalu menanya ia, “Bagaimana kalau hal yang sama tertuju padaku?” Kemudian kita akan mengambil sikap yang berbeda. Kita tentu saja akan berbuat, perbuatan yang akibatnya akan kita terima kembali. Begitulah salah satu cara untuk berdamai dengan keadaan.

Dengan memberikan pemahaman terbaik.  Yes! 😀

Teman, mungkin saja, pada sebuah kesempatan, kita berkunjung ke wilayah yang baru. Sedangkan pada wilayah tersebut, telah berlangsung aktivitas lebih awal. Maka, kita yang kebetulan baru bergabung di dalamnya, perlu lebih atraktif dan aktif dalam menunjukkan kemauan untuk belajar. Agar, sesiapa saja yang kita temui untuk pertama kalinya, di lokasi tersebut, menjadi senang hatinya. Maka, senyuman yang lebih indah akan lebih mudah kita saksikan dari wajah-wajah yang sedang tersenyum. Lalu, terus mengajukan pertanyaan atas apapun yang kita belum mengerti, juga merupakan salah satu solusi. Agar, keberadaan kita pada wilayah yang baru, lebih berarti. Karena dengan bertanya, kita akan menjadi tahu apapun yang sebelumnya kita tanyakan. Memang, pada awalnya kita terlihat sebagai seorang yang …  “Gimaanaaaaaaa…. a.a.a.a.a gitu. Namun yakinlah, seorang yang bertanya akan mendapatkan apresiasi dari beliau-beliau yang mendapatkan pertanyaan. Itu tandanya, kita berpikir dan kita ingin mengetahui. Selain itu, karena kita ingin menemukan jawaban dari pertanyaan yang kita sampaikan.”

Teman, dengan bertanya kita dapat memperluas cara pandang terhadap suatu hal. Namun, ada lagi hal lain yang dapat memberikan kita pemahaman akan apapun yang ingin kita pahami. Belajar otodidak.

Yah! Dengan belajar otodidak, maka otomatis, kita dituntut untuk mengambil alih peran secara aktif dalam bidang yang ingin kita ketahui dan ingin kita pahami. Walaupun dalam prosesnya lama, dan membutuhkan banyak kali percobaan. Meskipun tidak sekali dua kali kita melakukannya, namun berkali-kali. But, yakinlah, bahwa hasil yang terdapat di sebalik aktivitas tersebut, dapat mensenyumkan. Apalagi kalau seringkali terjadi error, lalu trial lagi, dan error… error… terus menerus? Ai! Ini perlu dipertanyakan lebih sering pula. Mengapa error terus? Apakah sumber daya manusianya yang perlu diinstall ulang agar baru lagi? Ataukah memang sarana dan prasarananya yang sudah berusia dan usang? Perlu kita pahami pula. Agar, tidak terdapat kekeliruan dalam memutuskan pendapat, sebelum akhirnya mengambil keputusan. Supaya penilaian yang kita berikan benar-benar sesuai dengan kenyataan, berdasarkan hasil survey dan penelitian yang sungguh-sungguh.

Teman, begitu pula halnya dengan lembaran wajah yang saya kunjungi sebelum ini. Yang sebelumnya telah saya sampaikan pada awal catatan kali ini. Tentang wajah-wajah yang berbahagia, tersenyum penuh keceriaan. Hingga kebahagiaan tersebut memancar berkelipan dari sorot mata yang sedang melayangkan pandangan. Sungguh, kebahagiaan tersebut adalah kebahagiaan yang sesungguhnya.

Lha…? Bagaimana bisa kita memutuskan untuk memberikan penilaian demikian? Tentu saja setelah melakukan survey dan pengamatan terlebih dahulu.  Sehingga rona kebahagiaan tersebut, mengalir pada lingkungan yang sedang ia bersamai. Senyuman, hanya dari senyuman, kita dapat menangkap kebahagiaan. Lalu, bagaimana bisa, kita tidak memberikan perhatian yang berlebihan pada sebuah ekspresi bernama senyuman, teman?

Kalau memang dengan menatap selembar wajah yang tersenyum, kita dapat memetik pesan menjadi bahan pelajaran,why not? Kalaulah dengan menelusuri jalan-jalan yang sedang membentang, kita dapat menemukan hikmah dan pesan, yuks kita teruskan perjalanan. Kalaulah dengan memperhatikan lingkungan terdekat dengan keberadaan kita, ada jalan untuk menghadirkan pelajaran, maka yuks kita lebih pedulikan lingkungan. Karena, dengan demikian, kita sedang menggenggam kenyataan. Bukankah dengan hidup dalam kenyataan, kita dapat merasakan bahagia yang sesungguhnya, teman?

Teman, ketika kita mau memahami apapun yang sedang kita temui, tentu akan lebih mudah bagi kita dalam menumbuhkan kesabaran. Tentu saja akan lebih mudah bagi kita dalam menyemaikan pemaafan. Dan tentang senyuman? Ia akan mengembangkan bunga-bunga beraneka warna. InsyaAllah, hari-hari yang akan kita jalani selanjutnya, akan penuh dengan kenangan. Karena ia akan menjadi salah satu jalan yang kita tempuh untuk dapat sampai pada tujuan. Tujuan pada masa depan yang berada di ujung sana. Tidak jauh, hanya tentang waktu. Bukankah kita tidak pernah tahu, kapan ujung usia menjelang? Dan kapan pula kita akan menebarkan senyuman untuk terakhir kalinya, renungkanlah…

Teman, belum genap langkah-langkah yang tercipta dalam merangkai jejak perjalanan. Masih beberapa ia tercipta, untuk memberaikan beraneka kisah yang ingin kita ungkapkan. Namun demikian, semoga beberapa kalimat yang kita cipta dalam berbagai kesempatan, dapat menjadi jalan. Untuk terciptanya kisah terlengkap dalam kehidupan. Hingga akhirnya episode berakhir, kita dapat menonton bersama-sama. Putaran ulang sejarah perjalanan. Ai! Kisah yang bagaimanakah inginnya kita, saat ditayangkan? Adalah bersesuaian dengan apa yang sedang berlangsung, kini…

🙂 🙂 🙂

 
Leave a comment

Posted by on May 19, 2012 in Paragraf-paragraf Sahaja

 

Tags: , , , , , ,

-Write even one word, now. Then, it is describing who are you?-